Candra Mawa
edohaput
33
Daruni melepasi kainnya satu - satu. Tinggal kain basahannya yang membelit tubuh di bawah dadanya. Air tenang di gentong besar mencerminkan wajah ayunya. Tonjolan di dadanya yang menggunung tidak menggantung. Ranum dengan puting yang memerah. Daruni mengamati bayangannya di air gentong. Diam - diam Daruni mengagumi kecantikan dirinya. Pikirannya melayang ke Bardan. Bardan yang tidak mau menyentuh miliknya yang ranum menempel di dadanya, walaupun dirinya telah menyedia - menyediakannya. Bahkan ketika dirinya sudah nekat menyedia - menyediakan, justru Bardan malah beranjak meninggalkannya. Daruni tidak habis pikir. Mengapa Bardan selalu menampik menyentuh - nyentuh bagian - bagian tubuhnya yang dirinya ingin sekali disentuh.
Daruni menaburkan kembang di air gentong dan membuat bayangan cantiknya di air gontong buyar. Menjadi kebiasaan Daruni setiap malam Jumat selalu mandi air kembang. Air kembang yang menempel di tubuhnya akan membuat kulitnya menjadi segar, halus dan wangi. Kembang yang ditaburkan di air dipilih kembang - kembang seperti mawar, melati, kenanga, keningkir, dan lain - lain bunga yang mempunyai aroma wangi sedap. Bahkan tidak jarang Daruni menaburkan daun sirih yang sudah diremas - remas. Daun sirih ini akan sangat sedap terbaui dan membuat lekuk - lekuk kewanitaan dirinya menjadi sangat bersih dan memiliki aroma yang menyenangkan. Dengan gayung siwur Daruni mengguyurkan air kembang di tubuhnya. Rasa dingin segar dan wangi merasuki tubuhnya. Suara guyuran air dari dalam kamar mandi yang hanya berdinding gedhek didengar oleh telinga Jambul yang memang sedari tadi menyoba menyari tahu kapan Daruni mandi. Maksud hatinya Jambul akan mengendap dan mengintip. Mendengar air diguyurkan dan bau wangi menyebar ke seantero sekitar kamar mandi dan sampai di lubang hidungnya, Jambul terkesima. Pikirannya melayang. Daruni telanjang di pinggir gentong besar dan mengguyur - guyurkan air di tubuhnya. Menggosok - gosok setiap lekuk tubuhnya dengan tangannya. Tangannya menelusur dari mulai muka, leher, dada, perut dan di bawah pusarnya. Di khayalan Jambul, Daruni menggosok - gosok dadanya berlama - lama. Melumuri dadanya dengan sambun lulur. Mengelusnya, menggosoknya dan meremasnya. Dan Daruni mendongakkan wajah dan mengangakan mulutnya sambil merintih. Jambul tidak tahan, dan segera melangkah jinjit - jinjit mendekati gedhek dinding kamar mandi dimana di dalamnya sedang ada Daruni yang sedang menikmati air kembang. Jambul nekat menempelkan matanya di dinding kamar mandi. Nafas jambul memburu ketika dari lubang celah dinding bambu pandangan matanya menumbuk tubuh telanjang yang sedang disabuni. Jantungnya berdegup keras. Kakinya tiba - tiba gemetaran. Tidak terasa tombak yang ada di dalam celana kolornya menjadi sangat kaku. Ketika Daruni membungkuk tangan menyiduk air, Jambul melihat pantat Daruni yang nungging. Ketika nungging itulah mata Jambul bisa melihat milik Daruni yang ada di celah pantatnya. Sangat ingin rasanya tangan Jambul meraba yang ada di celah pantat Daruni. Nampak sangat lembut dengan ditumbuhi bulu halus. Basah dan ada busa sabun. Tangan Jambul yang sangat ingin meraba milik Daruni ternyata malah tertuntun ke arah celananya dan Jambul meraba milik sendiri yang sudah sangat kaku. Jambul meremasnya. Jambul menemukan kenikmatan. Tidak terasa dan tanpa dipikir, refleks tangan Jambul telah berada di dalam celananya. Meremas miliknya. Telapak tangannya bergerak maju mundur dengan posisi menggenggam. Matanya tidak berkedip. Daruni yang sedang agak mengakang dan telapak tangannya berada di tengah kangkangan pahanya dan bergerak - gerak membuat Jambul semakin meremas miliknya. Satu telapak tangan Daruni di payudaranya yang ranum kencang, telapak tangan yang lain ada di selangkangannya dan jari - jarinya mengelus - elus yang berambut tipis dan dipenuhi busa sabun. Jantung jambul berdetak semakin keras. Yang diremas tangannya serasa akan meledak.
Tiba - tiba Jambul mendengar langkah kaki menuju kearahnya. Jambul menoleh, matanya tertumbuk pada orang yang harus sangat dihormatinya, Nyi Tambi. Tanpa pikir panjang, Jambul segera beranjak dan menjauh dari dinding kamar mandi. Jambul menjadi sangat takut. Perbuatannya dilihat Nyi Tambi. Satu saat dirinya pasti akan kena marah. Jambul sangat menyesal. Jambul segera berlari melewati pintu belakang. Jambul menuju gerumbul semak belukar yang tumbuh liar di belakang pondok. Dituntun oleh birahinya Jambul segera berjongkok dan mengeluarkan tombaknya yang sangat kaku dari dalam celananya. Mencuat dan dan mendongak. Jambul menggenggamnya dan segera telapak tangannya bergerak maju mundur di tombaknya. Bayangan Daruni di benaknya menjadi - jadi. Daruni yang telanjang. Yang tubuhnya dipenuhi busa sabun. Daruni yang mengelus miliknya. Daruni yang meremas payudaranya sendiri. Daruni yang menungging dan di celah belahan pantatnya terlihat milikknya yang berbulu halus dan sedang kena busa sabun. Jambul semakin cepat memaju mundurkan genggamannya di tombaknya. Dan tiba - tiba jambul melenguh keras dan telapak tangannya menjadi basah oleh sesuatu yang licin yang muncrat menyemprot dari tombaknya. Tidak terasa Jambul terjengkang. Jambul ambruk dengan nafas yang tersengal. Jambul menemukan kepuasan.
Tiba - tiba Jambul mendengar langkah kaki menuju kearahnya. Jambul menoleh, matanya tertumbuk pada orang yang harus sangat dihormatinya, Nyi Tambi. Tanpa pikir panjang, Jambul segera beranjak dan menjauh dari dinding kamar mandi. Jambul menjadi sangat takut. Perbuatannya dilihat Nyi Tambi. Satu saat dirinya pasti akan kena marah. Jambul sangat menyesal. Jambul segera berlari melewati pintu belakang. Jambul menuju gerumbul semak belukar yang tumbuh liar di belakang pondok. Dituntun oleh birahinya Jambul segera berjongkok dan mengeluarkan tombaknya yang sangat kaku dari dalam celananya. Mencuat dan dan mendongak. Jambul menggenggamnya dan segera telapak tangannya bergerak maju mundur di tombaknya. Bayangan Daruni di benaknya menjadi - jadi. Daruni yang telanjang. Yang tubuhnya dipenuhi busa sabun. Daruni yang mengelus miliknya. Daruni yang meremas payudaranya sendiri. Daruni yang menungging dan di celah belahan pantatnya terlihat milikknya yang berbulu halus dan sedang kena busa sabun. Jambul semakin cepat memaju mundurkan genggamannya di tombaknya. Dan tiba - tiba jambul melenguh keras dan telapak tangannya menjadi basah oleh sesuatu yang licin yang muncrat menyemprot dari tombaknya. Tidak terasa Jambul terjengkang. Jambul ambruk dengan nafas yang tersengal. Jambul menemukan kepuasan.
Sementara itu Bardan yang sejak pagi memacu lari kudanya meninggalkan Kepangeranan Tegalreja menuju tambi telah melewati candi Borobudur dan telah sampai di jalan menanjak alas Kali Abu. Bardan tidak ingin mengistirahatkan kudanya. Pikirannya ingin segera sampai di Tambi untuk menemui bapak dan mboknya serta Daruni yang telah cukup lama ditinggalkannya. Rasa kangennya terhadap Daruni membuatnya terus memacu kudanya agar segera sampai di Tambi. Malam nanti Bardan berniat akan memeluk Daruni. Mencium pipi Daruni. Bardan akan memenuhi permintaan Daruni yang selama ini selalu ditolaknya.
masih ada kelanjutannya ...............
masih ada kelanjutannya ...............