Candra Mawa
edohaput
16
Pengakuan dua penjaga pintu penjara Kepatihan membuat Giyem ditangkap dan dipenjarakan. Giyem dianggap menjadi penyebab kaburnya Diman dari penjara Kepatihan. Tumenggung Suro Blasah menyimpulkan Giyem bekerja karena disuruh orang untuk mengelabuhi penjaga. Giyem bekerja untuk membuat lalai penjaga. Malam itu Giyem pasti bekerja dengan baik. Kalau tidak mana mungkin dengan mudahnya Diman bisa dibawa pergi oleh sang penolongnya. Tumenggung Suro Blasah juga bisa menerka jika yang menjemput Diman ini bukan orang sembarang.
Di dalam penjara Giyem tersiksa. Setiap malam menjadi santapan prajurit - prajurit yang diperintah untuk mengintrogasinya. Giyem banyak tutup mulut. Prajurit - prajurit yang gemas dan jengkel ahkirnya menelajangi Giyem dan menggarapnya bersama - sama. Giyem tersiksa. Giyem jijik. Tetapi Giyem juga menikmatinya. Giyem yang sudah lama menjanda karena ditinggal mati suaminya yang berjuang bersama Pangeran Diponegoro, malah selalu menikmati perkosaan yang dilakukan prajurit - prajurit kepatihan yang menanyainya. Malam demi malam Giyem tetap bungkam. Karena dengan tetap bungkam prajurit menjadi gemas dan jengkel dan ahkirnya memperkosanya. Dan Giyem senang, karena memperoleh kenikmatan. Tidak ada prajurit yang menyakitinya. Paling - paling mengancam mau membunuhnya. Tetapi yang dilakukan kemudian malah memberinya kenikmatan.
Karena para prajurit yang diperintahnya tidak mampu mengorek keterangan dari Giyem, Tumenggung Suro Blasa turun tangan sendiri. Giyem harus membuka mulutnya. Giyem harus mengaku. Tumenggung Suro Blasah tanpa diikuti begundalnya masuk ke penjara dimana ada Giyem dan menutup pintu penjara rapat - rapat agar tidak ada orang yang bisa masuk. Jika mulut Giyem tidak mau mengaku Tumenggung Suro Blasah berniat menyiksa Giyem habis - habisnya. Bahkan kalau perlu menghabisi nyawanya.
Melihat Tumenggung Suro Blasah masuk di penjaranya, Giyem yang sore tadi memperoleh makanan enak dan juga memperoleh kesempatan mandi sangat kaget melihat Tumenggung Suro Blasah datang dengan membawa pedang telanjang ke penjaranya. Giyem yang duduk di sudut ruangan penjara mendadak sontak langsung berdiri surut semakin ke pojok ruangan penjara yang sempit. Kedua telapak tangannya segera dirapat satu sama lain dan diposisikan di depan hidungnya sambil membungku - bungkuk. Giyem menyembah - nyembah Tumenggung Suro Blasah yang tinggi besar, berkumis tebal dan bermata tajam bagai mata singa galak. Giyem tidak berani menatap wajah Tumenggung Suro Blasah. Yang dilakukan Giyem kemudin berlutut di depan Suro Blasah sambil tetap menyembah - nyembah. " Berdiri ... !" Bentak Suro Blasah menggelegar di telinga Giyem. Giyem perlahan berdiri sambil tetap telapak tangangnya mengatup di depan hidung. " Lepasi semua kain yang kamu kenakan ... !" Bentak Suro Blasah lagi. Giyem ragu - ragu. Dan kedua telapak tangannya tetap mengatup di depan hidungnya. " Lepasi ... !!" Bentak Suro Blasah Semakin keras. Giyem lambat menurunkan tangan dan dengan lambat pula melepasi kancing kancing kain yang menutupi tubuh bagian atasnya. " Cepaaat ... !!" Suro Blasah menggelegarkan suaranya. Giyem takut. Giyem mempercepat kegiatannya melepas kain atasnya dan manjatuhkan kainnya di dekat kakinya. Giyem telanjang dari pundak sampai di atas pusarnya. Tangan Giyem sedekap menutupi gunung kembarnya. " Buka tanganmu ... Giyem ... !!" Lagi - lagi Suro Blasah membentak. Giyem menyingkirkan tangannya dari gunung kembarnya. Mata Suro Blasah membelalak menatap Gunung kembar yang berputing merah milik Giyem. Tumenggung Suro Blasah menelan ludah. Ternyata payudara milik janda muda ini masih seperti milik perawan. Kencang dan tegak menggunung. Payudara yang tidak besar tetapi juga tidak kecil. Tiba - tiba aliran darah di tubuh Suro Blasah menjadi semakin cepat kerana jantung berdegup semakin cepat, dan membuat napasnya memburu. Napas birahi memburu terdengar di telinga Giyem. Giyem menjadi tersenyum dalam hati. Kena kau Suro Blasah pikir Giyem. Tumenggung Suro Blasah mengangkat pedangnya yang terhunus dan menempelkan di payudara Giyem. Ada rasa dingin dirasakan Giyem karena pedang tajam menempel di buah dadanya yang telanjang. " Katakan Yem. Siapa yang menyuruhmu mengelabuhi penjaga pintu penjara. Katakan ... !!" Suro Blasah serak membentak karena napasnya semakin memburu melihat dada Giyem. " Jika kamu tidak katakan penthilmu ini akan kuiris - iris. Cepat katakan !" Bentak Suro Blasah parau sambil mengelus - eluskan dengan hati - hati pedang di penthil Giyem. Giyem bungkam. Giyem tahu kalau Suro Blasah tidak akan menebas penthilnya dengan pedangnya. Suro Blasah hanya mengancam seperti yang lainnya. Justru nanti Suro Blasah malah akan menimang - nimang penthilnya. " Katakan Yem ... !" Suara Suro Blasah bergetar. Marah. Giyem tetap bungkam. Tiba - tiba Suro Blasah menjauhkan mata pedang dari gunung kembar Giyem dan mengayunkan pedang dengan cepat da berkelebat. Giyem kaget dan menjerit. Braaakk ... . Pedang tajam Suro basah menghantam juruji penjara yang terbuat dari kayu dan mematahkannya. Kayu berantakan di lantai penjara. " Edan kamu Yem. Berani mati kamu ya ...!" Suara Suro blasah semakin parau dan napasnya semakin ngos - ngosan. Suro Blasah sudah dirasuki birashi. Tombaknya yang ada di dalam celana menggeliat. " Lepaskan kain bawahmu Giyem ... !" Suro Blasah lagi - lagi membentak dan sambil meletakkan mata tajam pedang di pundak Giyem yang telanjang, seolah - olah mau memenggal leher Giyem yang jenjang. " Cepaaaat !" Suara Suro Blasah tertahan. Kain bawah Giyem melotrok ke bawah. Berjuntai di telapak kakinya. Giyem bulat telanjang. Mata Suro Blasah terbeliak melihat milik Giyem yang ternyata menonjol tembem dan di atasnya ada rambut rambut yang tidak begitu lebat. Sehingga belahan bibirnya yang masih rapi terlihat oleh mata Suro Blasah yang semakin membeliak. " Katakan Yem ... kalau tidak lehermu akan putus ... !" Suro Blasah memainkan mata pedang di leher Giyem dengan hati - hati. Giyem tetap bungkam. Giyem percaya Suro Blasah tidak akan memenggal lehernya. Justru nanti pasti akan mencupang - cupangnya dengan bibirnya yang tebal. Suro Blasah menarik mata pedang dari leher Giyem yang jenjang telanjang dan mengayunkannya kuat - kuat. Sekali lagi Giyem menjerit. Pedang tajam Suro Blasah kembali menghantam jeruji penjara. Braaak ... . Patah berhamburan jeruji penjara. Kemudian dengan kuatnya Suro Blasah mebanting pedangnya dan terpental keluar ruangan menimbulkan suaran gemerincing. Tangan Suro Blasah beralih mencopot obor yang menancap di pagar penjara. Dipegangnya obor yang api berkilat - kilat tertiup angin malam yang menerobos masuk ruangan penjara. " Kangkang ... !" Suro Blasah minta Giyem berdiri sambil ngangkang. Giyem tidak tahu maksud Suro Blasah. Yang ada di pikiran Giyem pasti lelaki bertubuh tinggi besar ini akan menjamah miliknya. Ternyata tidak. Suro blasah menempatkan api obor di bawah selangkangannya. Giyem merasakan selangkangannya hangat oleh api obor. " Yem ... jika kamu tidak mau mengaku ... akan aku brongot milik kamu !" Suro blasah pelan - pelan mendekatkan api obor ke tengah selakangan Giyem. Karena diobori bentuk indah milik Giyem justru semakin mempesona Suro Blasah. Napas Suro Blasah semakin terengah - engah. Giyem tetap bungkam. Giyem percaya Suro Blasah tidak akan membakar miliknya. Justru nanti akan mengelus - elusnya. Mengiliknya, dan meneroboskan jari tengahnya yang besar dan panjang di lubang kenikmatan miliknya. " Katakan yem ... !" Suro Blasah semakin mendekatkan api obor ke milik Giyem di tengah selangkangan. Giyem tidak lagi hanya merasakan hangatnya api, tetapi rasa panas mulai dirasakan. " Cepat Yem katakan ... sebelum aku membrongot milikmu ... !" Suro Blasah nekat mendekatkan api obor ke milik Giyem. Panas api semakin dirasakan Giyem di miliknya. Suro Blasah semakin mendekatkan api obor ke milik Giyem. Panasnya api obor yang semakin mendekat ke miliknya yang ada di tengah selangkangannya membuat Giyem tidak tahan. Selangkannya serasa terbakar. Giyem menjerit dan minta ampun. " Ampun den Tumenggung ampun ... ampun den ..." Giyem menggelinjang dan mau menutup selangkanganya, tetapi kaki kuat suro Blasah menahannya dan semakin mendekatkan api obornya ke milik Giyem. " Katakan Yem ... katakan ... sebelum aku nekat membrongot milikmu !" Sambil tangan Suro Blasah yang lain mencengkeram pundak Giyem. Ajkirnya jebol juga yang dipertahankan Giyem. " Den Bardan, den ... den Bardan .... den Tumenggung ... !" Giyem menjerit kepanasan. Mendengar pengakuan Giyem, Suro Blasah segera membuang obor jauh dari tubuh Giyem. Segera ditariknya tubuh Giyem. Suro Blasah yang sejak tadi sudah tidak tahan segera membanting tubuh Giyem di lantai penjara yang hanya beralas jerami. Dan setelah melepas celana keprajuritannya Tumenggung Suro Blasah segera menubruk tubuh Giyem. Bagai singa lapar seluruh tubuh Giyem menjadi santapan mulut Suro Blasah yang terus mengeluarkan air liurnya. Kecipak mulut Suro Blasah saling menutup dengan suara jeritan, rintihan dan desahan mulut Giyem. Giyem tertus meronta, menggelinjang dan polah tidak karuan. Lebih - lebih ketika dirasakannya miliknya disodok benda besar panjang kaku namum hangat dan lembut, yang terus melesak masuk dan mengaduk - aduk kedalaman miliknya. Dan yang dirasakan Giyem kemudian hanya tubuhnya serasa melambung - lambung dan ada kenikmatan yang tiada taranya di sekujur tubuhnya.
masih ada kelanjutannya ................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar