Kamis, 18 Juli 2013

Candra Mawa 

                                                                                         edohaput


3

Matahari baru saja muncul dari balik penggungan kidul. Tumenggung Suro Blasah beserta kelima begundalnya memacu kuda - kudanya meninggalkan pantai Glagah. Debu pasir musim kemarau tertinggal dibelakang lari kencang kuda - kuda. Melawati jalan berumput kering dan bulak - bulak panjang yang di  sisi kiri - kanan jalan adalah persawahan subur dengan tanaman padi. Berpacunya kuda juga melewati jalan - jalan yang membelah kebun tebu. Kebun tebu, yang merupakan tanaman anjuran Belanda untuk mencukupi kebutuhan bahan pabrik Gula Madu Kismo di sebelah sisi timur Krato Mataram. Hamparan kebun tebu yang luas di sepanjang jalan merupakan pemadangan yang menakutkan karena tingginya tanaman tebu menghalangi pemandangan untuk jauh bisa memandang. Pemerintah kolonial Belanda mewajibkan petani di daerah sekitar Kulon Progo, terutama di wilayah pesisir pantai selatan untuk menanam tebu. Tebu digiling dan dijadikan gula pasir untuk di angkut ke kerajaan Belanda. Petani tebu tidak merasakan adanya keuntungan dengan tanaman tebu yang mereka tanam. Petani tebu menjadi semakin sengsara. Kehidupan menjadi miskin dan banyak terjadi kekurangan bahan makan yang berupa beras dan jagung. Tebu dibeli dengan harga murah. Yang tidak sepadan dengan jerih payah memelihara tanaman tebu.
Menjelang tengah hari Tumenggung Suro Blasah dan para begundalnya telah memasuki wilayah Borobudur. Di dekat Candi Borobudur di bawah pohon beringin besar yang disitu ada kedai, Tumenggung Suro Blasah dan para begundalnya aso untuk makan minum dan istirahat. Lahab para begundal Tumenggung Suro Blasah mengunyah geblek dan menenggak badhek. Badhek sejenis minuma yang diambil dari air bungan kelapa. Manis dan wangi. Badhek bisa dibuat menjadi tuak yang memabukkan. Tumenggung Suro Blasah tidak menyia - nyiakan istirahatnya. Bercangkir - cangkir bumbung ditenggaknya tuak yang menyebabkan badan menjadi hangat. Tuak badhek dikenal orang untuk meningkatkan kekuatan birahi lelaki. Tumenggung Suro Blasah tidak pernah melewatkan menenggak tuak badhek banyak - banyak jika lewat kawasan Candi Borobudur. Suro Blasah menjadi sangat sering singgah di kedai ini karena mendapat tugas dari patih Danureja untuk mengunjungi Demang Sawang Argo yang memiliki perawan cantik. 
Patih Danureja banyak menyebar prajurit telik sandi ke seluruh kawasan Mataram untuk menyari perawan cantik. Salah satunya yang terdekteksi oleh prajurit telik sandi adalah anak Demang Sawang Argo. Menjadi tugas Tumenggung Suro Blasah untuk menjemput anak semata wayang perawan cantik dari Demang Sawang Argo. Sudah berkali - kali Suro Blasah datang ke Sawang Argo. Tetapi Demang Sawang Argo belum bisa melepas putrinya karena anak semata wayangnya masih terus menolak untuk dijadikan putri kepatihan. Segala bujuk rayu dan iming - iming kehidupan yang enak, mulia dan terhormat masih selalu ditolak oleh Daruni. 
Daruni hanya hanya bisa bingung dan sangat ketakutan ketika kedua orang tuanya selalu memintanya untuk mau diboyong oleh Suro Blasah untuk dibawa ke Kepatihan Mataram. Daruni perawan cantik yang masih bau kencur tahu bahwa di Kepatihan dirinya akan dijadikan suguhan bagi para Belanda. Dari kabar yang pernah sampai di telinganya, Daruni tahu kalau dirinya bakal begelimangan dengan emas. Hidup penuh dengan gemerlapnya tangsi. Makanan yang selalu berupa roti, keju dan susu. Daruni akan dijadikan penari dan ledhek yang mempesona. Dan jika lebih beruntung dirinya akan menjadi seorang nyai, isteri seorang petinggi Belanda. Daruni tidak mau itu semua terjadi. Daruni sangat ketakutakan. Ahkirnya Daruni melarikan diri dari Kademangan Sawang Argo.
Kepergian Daruni dari Kademangan membuat Demang Rono Jati dan nyi demang menjadi sangat ketakutan. Kemarahan Tumenggung Suro Blasah akan menyebabkan kesulitan yang amat sangat. Bisa - bisa selain siksaan tubuh jabatan demangnya juga akan dicopot. Dan segala yang dimilikinya akan disita Kraton. Salah - salah juga dirinya bisa dibawa ke tangsi Belanda untuk menerima siksa badan dan dipenjara. Ketakutan, kesedihan, kegalauan Demang dan nyi demang membuat kademangan Sawang Argo menjadi sangat murung. Kemana Daruni mau dicari. Keseluruh pelosok kademangan orang - orang kademangan disebar. Daruni tidak ditemukan. Daruni hilang bagaikan menguap. Tidak ada orang yang tahu. Daruni meninggalkan kademangan ketika malam telah larut. Tidak ada yang tahu Daruni melintas jalan menerabas gerumbul masuk ke kawasan hutan lereng gunung Sumbing. Daruni memilih sengsara dan terlunta dari hidup terjajah. 
Selesai aso dan mengudap serta minum banyak tuak badhek Tumenggung Suro Blasah dan para begundalnya kembali memacu kudanya ke arah barat melalui jalan tanah liat yang kering dan meninggalkan debu yang mengepul. semakin jauh Candi Borobudur tertinggal di belakang. Suro Blasah menuju kademangan Sawang Argo yang berada di lereng gunung Sumbing sisi sebelah timur. Jalanan kering yang dilewati Suro Blasah dan para begundalnya membelah perladangan yang tanamannya melulu ketela dan jagung. Orang - orang yang ada di perladangan berhenti sejenak berkegiatan untuk melihat siapa yang memacu  kuda - kudanya. Mereka paham itu adalah Tumenggung Suro Blasah dan para begundalnya yang pasti akan mendatangi demang Rono Jati.
Matahari sudah miring ke barat ketika Suro Blasah dan para begundalnya memasuki halaman kademangan yang luas dan asri. Tergopoh - gopoh demang dan nyi demang Rono Jati menyambut kedatangan Tumenggung Suro Blasah. Dapur kademangan segera mengepul. Ayam disembelih. Beras di tanak. Buah - buah diturunkan dari pohonnya. Tuak badhek terbaik dituang di cangkir - cangkir bumbung. Seluruh penghuni kademangan sibuk. Demang Rono Jati kali ini harus menjamu Tumenggung dengan sebaik - baiknya. Demang Rono Jati ingin Suro Blasah tersanjung dan senang yang diharapkan marahnya tidak akan meledak - ledak ketika nanti diberitahu Daruni telah lenyap dari kademangan.
" Kamu ini demang tidak tahu diuntung, Rono Jati !" Suro Blasah membentak keras ketika diberi tahu Daruni hilang pergi entah kemana. Demang Rono Jati dan nyi demang hanya bisa tertunduk dan ketakutan. " Daruni akan dimuliakan! Dikayakan ! Bakal bergelimang harta dan emas. Hidupmu juga akan disenangkan, demang ! Tapi mengapa kamu tidak bisa menjaga anak ! Demange ... demange sungguh malang nasibmu !" Suro Blasah memelintir - melintir kumisnya tanda kemarahan semakin memuncak. Demang Rono Jati dan nyi demang yang duduk bersimpuh di lantai hanya bisa menyembah - nyembah Suro Blasah yang berdiri dengan tegak dengan kemarahannya. " Atau jangan - jangan kamu malah yang menyembunyikan Daruni, demange, he !" Tumenggung Suro Blasah melotot - lotot dan menunjuk - nunjuk ke arah demang Rono Jati yang sikap Suro Blasah ini tidak terlihat di mata demang dan nyi demang karena mereka tidak berani mendongak. " Ampun raden tumenggung ... ampun. Bukan ... bukan. Hamba tidak menyembunyikan Daruni. Ampun raden ... " Demang Rono Jati menyembah - nyembah. " Baik demange ! Baik ! Kamu harus menyari Daruni sampai ketemu. Jangan tunda. Sore ini pula kamu harus berangkat bersama dengan para prajuritku ini untuk menyari Daruni. Daruni harus segera dibawa pulang, demange ! Sebelum matahari terbit Daruni harus sudah kamu bawa pulang ! Ngerti demange, he !" Suro Blasah membentak. Demang Rono Jati hanya bisa menyembah - nyembah, kemudian dengan laku dhodhok mundur untuk bersiap - siap pergi menyari Daruni. 
Bersama para begundal Suro Blasah demang Rono Jati meninggalkan halaman kademangan. Rono Jati amat bingung. Kemana harus berjalan untuk menemukan Daruni. Diikuti para begundal Suro Blasah Rono Jati bertanya sepanjang jalan. Orang hanya bisa kasihan melihat Rono Jati yang pucat muka dan tampak ketakutan. Pintu - pintu rumah di ketuk. Bertanya. Yang diperoleh hanya gelengan kepala dan bahu yang diangkat. Orang - orang yang tahu siapa yang mengkuti demangnya ini, hanya bisa merasa iba terhadap Rono Jati. Mereka tahu demangnya sedang mendapat kesulitan. Barisan orang yang menyari Daruni menjadi semakin banyak. Rakyat yang merasa kasihan terhadap demangnya segera mengikuti kemana demangnya melangkah. Ketika malam mulai menyelimuti kademangan obor - obor mulai dinyalakan. Barisan obor mulai menjauhi dari kademangan. Mereka mengikuti demangnya menuju tempat - tempat yang sulit dijangkau. Menurun lereng tepi hutan. Menyusur jalan setapak, menuruni kali, dan menerabas perladangan. Daruni tidak ditemukan. Malam semakin merangkak jauh. Barisan obor semakin menjauhi kademangan.
Malam semakin jauh. Di kademangan Suro Blasah terus menenggak arak badhek dan mulai mabuk. Arak badhek yang mampu meningkatkan gairah birahi sudah merasuki tubuhnya. Pikiran Suro Blasah menjadi kacau. Pikirannya tertuju pada keinginannya. Tiba - tiba bayangan nyi demang ada di pelupuk matanya. Nyi demang yang memang berkulit bersih. Dan tubuhnya terpelihara tiba - tiba mengganggu pikirannya. Nyi Demang yang memang terpaut jauh dengan usia demang Rono Jati, masih tampak begitu muda dan cantik.  Suro Blasah melangkah memasuki ruang tengah kademangan dimana nyi demang yang tidak bisa menutup matanya karena memikirkan suaminya yang sedang entah kemana. Nyi demang yang sedang tiduran di bale - bele yang hanya terlindungi oleh kelambu tidak menyadari kedatangan Suro Blasah yang langsung mendekap mulutnya. Nyi demang sangat takut. Mulutnya yang dibekap tangan Suro Blasah tidak bisa berucap. Nyi demang tidak berani meronta. Selain nyi demang takut menimbulkan kegaduhan dan bisa membangunkan para wanita abdi kademangan yang terlelap di amben dapur, nyi demang juga takut dirinya akan disakiti oleh Suro Blasah. Tidak ada sikap lain selain pasrah. Nyi demang tahu siapa Suro Blasah. Karena kepasrahannya tubuh nyi demang menjadi lemas dan mempermudah Suro Blasah membuka - buka kain yang dikenakan nyi demang. Buas Suro Blasah menyerang nyi demang. Nyi demang yang sudah kain atasnya terbuka lebar sudah tidak ingat apa - apa lagi keculai merasakan betapa gelinya bibir, leher dan dadanya yang terus digosok kumis lebat Suro Blasah. Yang dilakukan nyi demang kemudian hanya bisa mengejang - ngejangkan tubuhnya untuk menahan rasa. Rasa takut dan jijik yang semula menghinggapi tiba - tiba berubah menjadi rasa yang ingin. Nyi demang terlena. Nyi demang dialiri rasa nikmat yang tiada tara. Yang belum pernah dirasakan. Nyi demang menjadi kerasukan nafsu. Tidak disadarinya dirinnya mengimbangi kerakusan Suro Blasah yang kain dan celana keprajuritannya telah lepas dari tempatnya. Dan tidak terasa pula dirinya malah dengan nekatnya membuat kain jaritnya udar dari belitan di tubuh bagian bawahnya. Dan pahanya dikangkangkan untuk memberi peluang bagi Suro Blasah. Kenekatan nyi demang ini dilakukan setelah sebelumnya pahanya tersentuh sesuatu yang kaku hangat sangat besar dan panjang. Terbayang di benak nyi demang milik Blasah luar biasa. Terbayang pula ukuran yang kelewat besar. Ukuran yang tidak biasanya dimiliki orang. Ukuran yang sangat berlebih jika dibandingkan dengan milik demang Rono Jati suaminya. Nyi demang menjadi berkeinginan merasakannya. Dengan kuat Suro Blasah mencengkeram tubuh nyi demang dan dengan kuat pula Suro Blasah menekankan miliknya ke milik nyi demang. Nyi Demang menjerit tertahan dan kemudian hanya bisa merasakan miliknya dijejali sesuatu yang sangat menyesak dan terus menyodok. Nyi demang lupa siapa dirinya. Nyi demang menjadi sangat menikmati dan terus mengejang - ngejang sambil terus merintih dan mendesah tertahan.

masih ada kelanjutannya ..............
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar