Senin, 25 November 2013

Candra Mawa

                                                                                           edohaput

26

Pagi belum sempurna Tambi digegerkan oleh gemuruhnya suara lari kuda di jalanan. Orang - orang hanya bisa kaget dan melongo menyaksikan para prajurit penunggang kuda memacu kuda tunggangannya menuju pondok Tambi. Orang - orang yang berani menghentikan kegiatan di ladangnya dan segera berlari mengikuti kuda - kedu yang berpacu meninggalkan debu.
Sebentar kemudian pondok Nyi Tambi telah terkepung prajurit kepatihan dan prajurit kademangan Sawang Argo. Suasana menjadi sepi. Hanya satu - satu ringkikan kuda yang memecah kesunyian. Pondok Nyi Tambi bagai tidak ada kehidupan. Pendopo sepi. Rumah belakang tidak ada suara. Rumah samping begitu juga. Tumenggung Suro Blasah turun dari punggung kuda dan berjalan mendekati pendopo pondok. Ditatapnya pintu rumah induk di belakang pendopo yang terbuka lebar. Suro Blasah dengan gagahnya menaiki tangga pendopo. Mata tajamnya memperhatikan sekeliling. Sepi. Mengapa sunyi. Menurut cerita pondok Nyi Tambi selalu ramai. Banyak didatangi orang. Banyak cantrik - cantrik melayani pasien. Benarkah pondok sepi. Bersembunyikah mereka. Mengapa pintu sengaja dibuka lebar - lebar. Benarkah hari ini pondok tidak ada kegiatan. Tumenggung Suro Blasah mulai curiga.  Tumenggung Suro Blasah yang sudah tidak sabar untuk bisa melihat dan menangkap Daruni menjadi gusar. " Nyi Tambi ... ! Keluar kau ... !" Dengan urakan sekali Suro Blasah berteriak. Tidak ada sambutan sama sekali. " Ki Tambi .... Nyi Tambi ... keluar kalian ...kalau tidak akan aku robohkan pondok ini ... !" Suro Blasah semakin urakan. " Demange ... !" Suro Blasah mata melotot ke arah Demang Sawang Argo yang masih ada di punggung kuda. " Geledah pondok ini !" Tangan Suro Blasah menunjuk - nunjuk ke arah pintu rumah induk yang terbuka lebar. Demang Sawang Argo segera melompat turun dari kuda dan berlari ke arah pendopo di mana Suro Blasah berdiri. Rasa ayem menyelimuti hati Demang Sawang Argo. Pondok sepi. Berarti Legiman telah berhasil menyampaikan berita kepada Nyi Tambi. Ini artinya Daruni juga sudah dibawa Legiman jauh dari pondok. Daruni akan selamat dari cengkeraman Suro Blasah yang akan menyiksanya. Dalam hati Demang Sawang Argo tertawa gembira. Begitu kaki Demang Sawang Argo menginjak tangga pertama pendopo Tambi, muncul dari pintu yang terbuka lebar Nyi Tambi diikuti Ki Tambi di belakangnya. Langkahnya tenang mendekati Suro Blasah yang berdiri berkacak pinggang. Nyi Tambi yang biasanya berkain dan berkebaya dengan rambut di konde, muncul dengan celana dengan kain dililitkan di pinggang. Kepala diikat dengan ikat kepala agar rambut tidak terurai. Nyi Tambi nampak sebagai prajurit wanita yang siap berlaga. Begitu juga Ki tambi yang biasa berkain dan bagian tubuh atas selalu ditutup kain takuwo, kini muncul dengan celana dengan kain dililitkan di pinggang dan tubuh bagian atas dibiarkan telanjang. Ki Tambi bak petani yang mau turun ke sawah. Tonjolan otot - otot di bawah kulit tuanya nampak sangat nyata. Dengan begini Ki Tambi malah tampak sebagai orang tua yang kekar dan kokoh. Suro Blasah terkesima dengan pemandangan di depannya. Ternyata Nyi dan Ki Tambi sudah siap menghadapinya. Mengapa bisa begini. Seharusnya mereka terkejut dan minta ampun. Bukan malah menyambutnya dengan kain yang melambangkan siap melawan. Mengapa bisa begini. Apakah Nyi Tambi telah tahu akan kedatangannya. Suro Blasah menjadi semakin gusar. Bayangan Daruni yang cantik dan ketakutan ketika dirinya datang tidak terjadi. Rasa inginnya segera mencengkeram Daruni, menaikkan di punggung kudanya dan membawanya lari sambil meremas apa saja yang ada di tubuh Daruni, membuat Suro Blasah kehilangan akal. Pikirannya yang sudah membayangkan Daruni akan dibuka kainnya ketika di atas punggung kuda bersama dirinya. Dan menggerayangi tubuh Daruni di atas punggung kuda yang terus dipacu. Dan Daruni akan dibuatnya pingsan sehingga dengan mudah dirinya menggerayangi lekuk - lekuk tubuh Daruni walau di atas kuda yang lari kencang. Pikirannya ini membuat dirinya menjadi semakin ngawur. " Demange ... geledah pondok ! Cari anakmu ... dan bawa keluar ... !" Tangan Suro Blasah mendorong tubuh Demang Sawang Argo agar masuk ke rumah induk. Demang Sawang Argo yang tubuhnya terdorong ke depan, terhenti ketika tangan Nyi Tambi memberi tandan berhenti. " Jangan lakukan ! ... Jadi kamu Demang Sawang Argo ? ... Ki Demang anakmu sudah tidak berada di pondok ini. Daruni sudah bersama Bardan anakku. Jadi jangan kawatir Daruni akan selamat dari kejahatan ... !" Mengahkiri kalimat ini Nyi Tambi melirik ke Suro Blasah yang sangat kaget. Daruni sudah di bawa Bardan. Bardan lagi. Bardan lagi. Bibir Suro Blasah menjadi bergetar. Amarahnya membuat muka yang sudah merah menjadi semakin merah padam. Bertolak belakang dengan perasaan Demang Sawang Argo menjadi sangat tentram dan ayem. Daruni anaknya berada di tangan orang yang baik.
Suro Blasah yang menjadi sangat tersinggung dengan ucapan terahkir Nyi Tambi menjadi sangat marah. " Prajurit ... rangket Nyi Tambi ... !" Perintah Tumenggung Suro Blasah kepada para prajurit. Dengan sigap para prajurit berlompatan turun dari kuda - kuda tunggangannya dan segera menghunus pedang dang berlari ke arah pendopo dimana Ki dan Nyi Tambi berada. Lagi - lagi tangan Nyi Tambi menghentikan langkah - langkah gegas para prajurit. " Jangan lakukan ... ! ... Silahkan rangket aku dan Ki Tambi. Kalau memang Tumenggungmu ini bisa mengalahkan aku. Aku ingin Tumenggung kalian ini mengalahkan aku. Aku kira itu cukup adil. Begitu bukan Suro Blasah yang gagah berani ?" Kalimat Nyi Tambi ini membuat langkah gegas para prajurit terhenti dan surut mundur. " Bagaimana Suro Blasah ... ha ... !?" Nyi Tambi mengucapkan kalimat ini dengan tersenyum lebar. Suro Blasah yang tidak membayangkan ini bakal terjadi menjadi sangat kaget. Malu rasanya jika dirinya tidak menerima tantangan Nyi Tambi ini. Dimana mukanya mau ditaruh di depan para prajurit jika dirinya menolak tantangan Nyi Tambi. Apalagi Nyi Tambi adalah perempuan tua yang pada umumnya sudah menjadi rapuh. Walaupun di dalam hatinya ragu dan ada rasa kecut,  dengan galaknya diterimanya tantangan Nyi Tambi. " Perempuan tua tidak tahu diri ... apa yang kamu banggakan ... !?" Bentak Suro Blasah dibuat - buat untuk menurunkan keberanian Nyi Tambi. " Silahkan turun ke halaman Tumenggung urakan ... Aku ingin tahu seberapa kesombonganmu ... !" Nyi Tambi minta Suro Blasah turun dari pendopo menuju halaman pondok Tambi yang luas. 

masih ada kelanjutannya .............


Tidak ada komentar:

Posting Komentar