Candra Mawa
edohaput
10
" Kamu ini anak Demang, Runi. Kamu tidak selayaknya mengenakan kain lurik ini. Kain lurik ini hanya untuk para cantrik. Dan juga kamu jangan panggil aku dengan sebutan Nyi Tambi. Kamu cukup panggil aku dengan simbok. Dan aku tidak akan tega menjadikanmu cantrik peramu obat di pondok ini, Runi. Mulai besuk lepas kain lurik ini ! Aku sudah sediakan kain yang lain. " Kalimat Nyi Tambi yang sedang berduaan dengan Daruni di kebun obat memecah keheningan. Nyi tambi sengaja mengajak Daruni menjauh dari pondok, agar pembicaraan mereka tidak didengarkan para cantrik peramu jamu. Nyi tambik ingin mengoreklebih jauh tentang diri Daruni dan kabar Bardan anaknya yang ternyata pernah bertemu dengan Daruni. Mendengar kalimat Nyi Tambi ini Daruni tercengang. Sudah beberapa hari ini Nyi tambi membiarkan dirinya memakai kain lurik berseragam dengan para cantrik, dan juga membiarkan dirinya bekerja bersama para cantrik, tiba - tiba ini Nyi Tambi agar dirinya tidak lagi bersama dengan para cantrik. " Jangan Nyi. Runi tidak bisa berbuat seperti yang Nyi tambi maksudkan. Runi harus tetap bekerja sebagai cantrik, dan Runi tidak mau memanggil Nyi Tambi dengan sebutan simbok. Runi takut ini akan membuat para cantrik di sini cemburu. Dan akan membuat suasana menjadi tidak enak. Nyi, biarkan saja Runi tetap sebagai cantrik. Walau Runi ini anak demang, tetapi Runi disini cuma nunut sama Nyi tambi. Jadi Runi harus bekerja. Runi harus tetap mengabdi menjadi cantrik." Daruni menolak keinginan Nyi Tambi. Daruni tidak mau menyakiti para cantrik. Daruni tahu diri jika dirinya berada di pondok Nyi Tambi adalah bersembunyi dan nunut hidup. Daruni Merasa dirinya harus membalas budi baik Nyi Tambi yang sudah mau menolong dan menerimanya. Kalau saja Nyi Tambi tidak mau menerimanya niscaya dirinya masih akan terus terlunta. " Baik, Runi. Kalau kamu berkeras begitu, aku mengalah. Tetapi kamu jangan berkerja terlalu keras. Kamu ini anak semata wayang Ki Demang. Pasti hidup keseharianmu penuh dengan kemanjaan dan dilayani. Lha kalau sekarang disini kamu bekerja keras, tertimpa matahari, berkeringat, dan tubuhmu menjadi kotor aku tidak tega, Runi. Kulitmu yang bersih, tanganmu yang halus, dan puti bersih wajahmu, itu menandakan kalau kamu tidak pernah bekerja." Nyi Tambi tahu dengan apa yang dimaksud Daruni. Daruni tidak mau membuat para cantrik iri dan sakit hati. Sebagai orang baru tiba - tiba dimanjakan. Mentang - mentang anak demang. Nyi tambi mengalah dan mengijinkan Daruni tetap memakai kain lurik dan bekerja sebagai cantrik yang pekerjaannya meramu jamu. " Tidak Nyi, apa yang dikerjakaan para cantrik itu juga tetap pekerjaan Runi. Sudahlah Nyi, Nyi Tambi jangan terlalu memikirkan aku. Runi sangat senang mendapat pekerjaan ini. Runi sangat terhibur, Nyi. Runi tidak merasa susah." Daruni tetap pada pendiriannya. Dirinya harus tetap menjadi cantrik. Daruni tidak mau mendapat perlakuan lebih dari Nyi Tambi.
Nyi Tambi yang merasa tidak berhasil meminta Daruni agar berganti kain dan tidak lagi menjadi cantrik, kemudian mengalihkan pembicaraan. Nyi Tambi kemudian bercerita tentang Bardan yang sebenarnya adalah prajurit Keraton Mataram yang kemudian membelot menjadi pengikut Pangeran Diponegoro dan memusuhi Belanda dan Keraton Mataram. Diceritakan juga oleh Nyi Tambi, sejak Pangeran Diponegoro dapat ditipu dan dirangket oleh Belanda, Bardan menjadi orang yang diburu oleh prajurit Belanda dan prajurit Mataram. Bardan yang telah membuat Belanda dan Kepatihan Mataram mengalami banyak kerugian menjadi orang yang sangat dibenci dan harus dapat dirangket. Dengan mendengar cerita ini, terjawab sudah pertanyaan besar yang ada di benak Daruni. Bardan yang tangkas trengginas, dan nampak sekali sebagai orang yang berilmu ternyata adalah seorang prajurit. Pantas saja Bardan tidak mau pulung ke pondok Nyi Tambi. Karena ternyata Bardan adalah orang yang sedang diburu. Daruni menjadi paham kalau Bardan ini sedang selalu bersembunyi karena sedang dalam pengejaran. Terbersit di kalbunya rasa iba dan kasihan terhadap Bardan. Tiba - tiba rasa rindunya kepada Bardan menjadi berlebih - lebih. Lalu dimana sekarang kang Bardan. Apakah masih di gumuk itu. Apakah kang Bardan juga masih berada di gubuk itu. Ingin rasanya Daruni terbang menyari dimana Bardan berada. Daruni ingin memeluknya. Daruni ingin membawakan makanan dan menyuapkannya di mulut Bardan. Daruni ingin memijit - mijit pundak Bardan. Daruni ingin melayani Bardan.
Matahari tergelincir miring di barat. Mengikuti langkah Nyi Tambi Daruni menyusuri jalan setapak di tengah kebun obat berjalan menuju pondok. Cantrik - cantrik yang lagi pada sibuk bekerja sejanak menghentikan perkerjaan dan menyapa Nyi Tambi dan Daruni yang melewati mereka.
Jambul cantrik perjaka berbadan gempal, berotot, berwajah bulat, dengan hidung yang tidak mancung berdiri menatap Daruni sampai hilang ditelan pintu belakang pondok. Sejak kedatangan Daruni di pondok, Jambul menjadi banyak melamun. Jambul sangat terpesona dengan kecantikan tubuh dan wajah Daruni. Ingin rasanya dirinya selalu dekat dengan Daruni. Beberapa hari belakangan ini Jambul selalu berusaha agar bisa berada di dekat Daruni. Jambul selalu menyari kesempatan untuk bisa dekat dengan Daruni. Walaupun ketika telah berhasil berada di dekat Daruni apa yang dirancangnya menjadi buyar karena jantungnya menjadi bedegup cepat, mulutnya terkunci dan badannya menjadi gemetaran. Rencana semula yang ingin mengajak Daruni becanda ria menjadi tersendat, tersekat dan tersumbat. Ahkirnya Jambul hanya bisa melirik. Jika ada kesempatan yang lebih leluasa kemudian menatap dengan tidak berkedip. Dan ketika Daruni menjadi sangat dekat dengan dirinya karena sedang meletakkan sesuatu di dekatnya dan tubuhnya tersenggol tubuh Daruni, Jambul merasakan ada getaran yang luar biasa. Bagai ada gempa bumi yang terjadi di sekelilingnya. Rasanya mau pingsan saja. Jantungnya berdesir keras, dadanya menjadi sesak, dan pandangan matanya menjadi kabur. Di hatinya ada rasa senang yang menyentak - nyentak dan mengalir rasa bahagia yang berlebih. Kalau sudah begitu yang dirasakan kemudian hanya perasaan gemas, geregatan, ingin meremas, melumat, dan mencengkeram tubuh Daruni yang dikaguminya. Jambul menjadi susah makan dan sulit tidur. Ketika malam telah larut dan matanya belum bisa terpejam, langit - langit anyaman kepang berubah menjadi wajah Daruni yang cantik. Yang sedang tersenyum. Yang kalau menyapa bibir tipisnya merekah basah memerah menampakan sebaris gigiya rapi. Dan rasa gemas serta geregetannya ini juga dipicu oleh pikirannya yang ingat tubuh Daruni yang keluar dari tempat mandi dan hanya dibalut kain jarit basah sebatas dada dan dibagian bawah sebatas pangkal paha. Kain jarit yang basah menempel lekat di dada Daruni membuat mata jambul bisa melihat betapa kencang dan padatnya gunung kembar di dada Daruni. Dan paha Daruni yang bersih putih padat tidak sempurna tertutup oleh kain basah sangat melekat di ingatannya. Ingatan ini sangat membuat Jambul kelabakan jika dirinya telah rebah di ranjang bambu di kamarnya. Jambul tidak kuat menahan. Dan jambul bisa tertidur ketika dirinya telah lemas setelah dalam bayangannya Daruni dielusnya, digemasinya, dicekeramnya, dan digeraminya. Daruni yang belum genap sebulan berada di pondok Nyi Tambi telah masuk memenuhi seluruh kalbunya.
Perubahan sikap dan perilaku Jambul yang sering melamun, dan arah pandangannya selalu ke Daruni, dan sikap Jambul yang selalu berusaha ingin berada dekat dengan Daruni , tidak lepas dari penglihatan Pini. Pini cantrik perawan yang tercantik diantara para cantrik perawan lainnya sebelum kedatangan Daruni, memang sudah sejak lama menaruh hati terhadap Jambul. Jambulpun tahu kalau Pini menyukainya. Jambul menanggapi. Bahkan Jambul dan Pini telah sangat sering berduaan di tempat - tempat yang sepi ketika sedang senggang pekerjaan. Jambul dan Pini menjadi lekat. Jambul selau meringankan pekerjaan Pini. Sebaliknya Pini juga melakukan seperti yang dilakukan jambul. Pini dan Jambul saling sayang. Tetapi sejak ada Daruni tiba - tiba Jambul cantrik perjaka yang memiliki kelebihan keindahan wajah bila dibanding dengan para cantrik perjaka yang lain, tiba - tiba menjauhinya. Menyapapun kadang - kadang tidak. Pini merasa dijauhi dan dikesampingkan. Pedih, perih dan sakit yang dirasakan di hati Pini. Pini hanya bisa menangis sedih dan menutup wajahnya dengan bantal ketika malam telah tiba. Kang Jambul yang hampir setiap malam mengetuk pintu kamarnya dan mengajaknya keluar untuk melihat abyornya bintang - bintang di langit, beberapa hari belakangan ini tidak pernah lagi melakukan. Kang jambul yang ketika tengah hari panas selalu membawakan minum untuk dirinya, belakangan ini tidak melakukannya. Bahkan ketika akan didekati kang jambul cepat - cepat berusaha menghindar. Yang hadir kemudian di hati Pini adalah cemburu, sakit, dan jengkel.
masih ada kelanjutannya ................
Nyi Tambi yang merasa tidak berhasil meminta Daruni agar berganti kain dan tidak lagi menjadi cantrik, kemudian mengalihkan pembicaraan. Nyi Tambi kemudian bercerita tentang Bardan yang sebenarnya adalah prajurit Keraton Mataram yang kemudian membelot menjadi pengikut Pangeran Diponegoro dan memusuhi Belanda dan Keraton Mataram. Diceritakan juga oleh Nyi Tambi, sejak Pangeran Diponegoro dapat ditipu dan dirangket oleh Belanda, Bardan menjadi orang yang diburu oleh prajurit Belanda dan prajurit Mataram. Bardan yang telah membuat Belanda dan Kepatihan Mataram mengalami banyak kerugian menjadi orang yang sangat dibenci dan harus dapat dirangket. Dengan mendengar cerita ini, terjawab sudah pertanyaan besar yang ada di benak Daruni. Bardan yang tangkas trengginas, dan nampak sekali sebagai orang yang berilmu ternyata adalah seorang prajurit. Pantas saja Bardan tidak mau pulung ke pondok Nyi Tambi. Karena ternyata Bardan adalah orang yang sedang diburu. Daruni menjadi paham kalau Bardan ini sedang selalu bersembunyi karena sedang dalam pengejaran. Terbersit di kalbunya rasa iba dan kasihan terhadap Bardan. Tiba - tiba rasa rindunya kepada Bardan menjadi berlebih - lebih. Lalu dimana sekarang kang Bardan. Apakah masih di gumuk itu. Apakah kang Bardan juga masih berada di gubuk itu. Ingin rasanya Daruni terbang menyari dimana Bardan berada. Daruni ingin memeluknya. Daruni ingin membawakan makanan dan menyuapkannya di mulut Bardan. Daruni ingin memijit - mijit pundak Bardan. Daruni ingin melayani Bardan.
Matahari tergelincir miring di barat. Mengikuti langkah Nyi Tambi Daruni menyusuri jalan setapak di tengah kebun obat berjalan menuju pondok. Cantrik - cantrik yang lagi pada sibuk bekerja sejanak menghentikan perkerjaan dan menyapa Nyi Tambi dan Daruni yang melewati mereka.
Jambul cantrik perjaka berbadan gempal, berotot, berwajah bulat, dengan hidung yang tidak mancung berdiri menatap Daruni sampai hilang ditelan pintu belakang pondok. Sejak kedatangan Daruni di pondok, Jambul menjadi banyak melamun. Jambul sangat terpesona dengan kecantikan tubuh dan wajah Daruni. Ingin rasanya dirinya selalu dekat dengan Daruni. Beberapa hari belakangan ini Jambul selalu berusaha agar bisa berada di dekat Daruni. Jambul selalu menyari kesempatan untuk bisa dekat dengan Daruni. Walaupun ketika telah berhasil berada di dekat Daruni apa yang dirancangnya menjadi buyar karena jantungnya menjadi bedegup cepat, mulutnya terkunci dan badannya menjadi gemetaran. Rencana semula yang ingin mengajak Daruni becanda ria menjadi tersendat, tersekat dan tersumbat. Ahkirnya Jambul hanya bisa melirik. Jika ada kesempatan yang lebih leluasa kemudian menatap dengan tidak berkedip. Dan ketika Daruni menjadi sangat dekat dengan dirinya karena sedang meletakkan sesuatu di dekatnya dan tubuhnya tersenggol tubuh Daruni, Jambul merasakan ada getaran yang luar biasa. Bagai ada gempa bumi yang terjadi di sekelilingnya. Rasanya mau pingsan saja. Jantungnya berdesir keras, dadanya menjadi sesak, dan pandangan matanya menjadi kabur. Di hatinya ada rasa senang yang menyentak - nyentak dan mengalir rasa bahagia yang berlebih. Kalau sudah begitu yang dirasakan kemudian hanya perasaan gemas, geregatan, ingin meremas, melumat, dan mencengkeram tubuh Daruni yang dikaguminya. Jambul menjadi susah makan dan sulit tidur. Ketika malam telah larut dan matanya belum bisa terpejam, langit - langit anyaman kepang berubah menjadi wajah Daruni yang cantik. Yang sedang tersenyum. Yang kalau menyapa bibir tipisnya merekah basah memerah menampakan sebaris gigiya rapi. Dan rasa gemas serta geregetannya ini juga dipicu oleh pikirannya yang ingat tubuh Daruni yang keluar dari tempat mandi dan hanya dibalut kain jarit basah sebatas dada dan dibagian bawah sebatas pangkal paha. Kain jarit yang basah menempel lekat di dada Daruni membuat mata jambul bisa melihat betapa kencang dan padatnya gunung kembar di dada Daruni. Dan paha Daruni yang bersih putih padat tidak sempurna tertutup oleh kain basah sangat melekat di ingatannya. Ingatan ini sangat membuat Jambul kelabakan jika dirinya telah rebah di ranjang bambu di kamarnya. Jambul tidak kuat menahan. Dan jambul bisa tertidur ketika dirinya telah lemas setelah dalam bayangannya Daruni dielusnya, digemasinya, dicekeramnya, dan digeraminya. Daruni yang belum genap sebulan berada di pondok Nyi Tambi telah masuk memenuhi seluruh kalbunya.
Perubahan sikap dan perilaku Jambul yang sering melamun, dan arah pandangannya selalu ke Daruni, dan sikap Jambul yang selalu berusaha ingin berada dekat dengan Daruni , tidak lepas dari penglihatan Pini. Pini cantrik perawan yang tercantik diantara para cantrik perawan lainnya sebelum kedatangan Daruni, memang sudah sejak lama menaruh hati terhadap Jambul. Jambulpun tahu kalau Pini menyukainya. Jambul menanggapi. Bahkan Jambul dan Pini telah sangat sering berduaan di tempat - tempat yang sepi ketika sedang senggang pekerjaan. Jambul dan Pini menjadi lekat. Jambul selau meringankan pekerjaan Pini. Sebaliknya Pini juga melakukan seperti yang dilakukan jambul. Pini dan Jambul saling sayang. Tetapi sejak ada Daruni tiba - tiba Jambul cantrik perjaka yang memiliki kelebihan keindahan wajah bila dibanding dengan para cantrik perjaka yang lain, tiba - tiba menjauhinya. Menyapapun kadang - kadang tidak. Pini merasa dijauhi dan dikesampingkan. Pedih, perih dan sakit yang dirasakan di hati Pini. Pini hanya bisa menangis sedih dan menutup wajahnya dengan bantal ketika malam telah tiba. Kang Jambul yang hampir setiap malam mengetuk pintu kamarnya dan mengajaknya keluar untuk melihat abyornya bintang - bintang di langit, beberapa hari belakangan ini tidak pernah lagi melakukan. Kang jambul yang ketika tengah hari panas selalu membawakan minum untuk dirinya, belakangan ini tidak melakukannya. Bahkan ketika akan didekati kang jambul cepat - cepat berusaha menghindar. Yang hadir kemudian di hati Pini adalah cemburu, sakit, dan jengkel.
masih ada kelanjutannya ................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar