Candra Mawa
edohaput
6
Matahari mulai meninggi. Sinarnya menerobos rimbunnya dedauanan. Tubuh Bardan yang masih tersandar di pangkal pohon besar, pelupuk matanya tidak urung merasa kena sinar matahari yang menyilaukan. Bardan membuka mata. melihat ke kiri kanan. Daruni yang semalam ada di pangkuannya tidak tampak. Bardan bangkit. Bardan menuruni gumuk. Bardan mengira Daruni pasti sedang berada di kali. Di pingir kali yang dipenuhi bebatuan besar pandangan Bardan menyapu kesana kemari. Matanya tertumbuk pada sebuah batu yang di atasnya ada dibentangkan kain jarik dan kain kebaya milik Daruni. Bardan tahu Daruni sedang membersihkan badan dan tadi mencuci kainnya. Bardan tahu Daruni pasti sedang mandi. Bardan tidak mau mengganggu Daruni yang sedang menikmati beningnya air kali sejuk menyegarkan. Bardan kembali melangkah menininggalkan pinggiran kali. Belum genap tiga langkah Bardan mau meninggalkan kali untuk kembali naik ke gumuk didengarnya namanya dipanggil Daruni. " Kang ... Bardan kesini kang aku sedang mandi !" Bardan kaget dengan panggilan Daruni ini. Bardan tahu kalau Daruni pasti sedang tidak mengenakan kain selembarpun. Mengapa memanggilnya untuk datang. Apa maksud Daruni ini. Bardan menoleh ke arah suara. Tidak dilihatnya Daruni yang berada di balik batu besar. Rupanya kedatangannya di pinggiran kali diketahui Daruni. " Kang kesini kang ... !" Lagi - lagi Daruni berteriak dari balik batu. Bardan tidak menggubris panggilan Daruni. Kembali kakinya melangkah mau meninggalkan pinggiran kali. Lagi - lagi kakinya belum genap melangkah empat langkah punggungnya kena timpuk batu kecil yang dilemparkan Daruni. " Kaaang .... !" Suara Daruni terdengar manja. Bardan kembali menghentikan langkah. Keraguannya semakin menjadi. Mengapa Daruni memintanya untuk datang. Bukankah Daruni sedang tidak berkain. Lalu kalau dirinya menuruti kemauan Daruni apa Daruni tidak malu tubuh telanjangnya dilihat lelaki yang baru saja dikenalnya. Bardan juga tidak mau dirinya nanti akan berbuat tidak semestinya jika melihat tubuh perawan yang tidak dikenankan kain secuilpun. " Kang ... ini lho ada ikan besar. Ditangkap kang nanti kita bakar untuk sarapan !" Kembali Daruni berteriak. Bardan bingung. Antara ikan besar dan tubuh Daruni yang pasti sedang telanjang. " Cepat kang nanti keburu ikannya lari !" Daruni berteriak semakin keras. Bardan lagi - lagi tidak menggubris panggilan Daruni dan malah melangkah pergi " Kaaaang ...!" Daruni teriak manja keras sekali. Bardan terpaksa menghentikan langkah dan menoleh. Mata Bardan terbeliak kaget ketika dilihatnya Daruni muncul dari balik batu. Tubuh telanjang mulai dari perut ke atas sisanya masih tertutup batu dilihat Bardan. Bardan bisa melihat kulit bersih Daruni mulai dari perut sampai ke wajahnya. Di dadanya yang ada gundukan dua gunung tegak berdiri dengan puncak - puncaknya yang masih kecil dan berwarna kemerahan singgah di mata Bardan. Rambut panjang sebahu Daruni terurai sampai ke bahu dan sebagian terkibas - kibas angin dan bermain di dadanya. Bardan melihat kemolek tubuh dan kencantikan wajah Daruni. Tidak urung kelelakiannya tergugah. Menggeliat dan menyesak. Bardan tidak mau akan terjadi sesuatu pada dirinya. Maka cepat - cepat Bardan membalikkan tubuh memunggungi Daruni. Daruni membungkuk dan mengambil batu kecil dan ditimpukkan ke punggung Bardan. " Kang ... ikannya keburu lari. Kang ... aku ingin makan ikan ... !" Daruni manja. Kemanjaan Daruni seolah bermanja dengan orang yang telah lama dikenalnya.
Daruni telah jatuh hati pada pandangan pertama. Ketika matanya kemarin terbuka pada saat dirinya siuman dari pingsannya melihat lelaki berwajah tampan, bertubuh kekar kokoh berjongkok di sampingnya. Daruni tahu Bardan yang telah menolongnya mengangkat tubuhnya dari pinggiran kali dan menelentangkan di pelepah daun kelapa tidak berbuat tidak baik pada dirinya. Tidak terjadi perubahan apa - apa pada dirinya. Lebih - lebih semalaman tadi malam dirinya berada di pangkuan dan dipelukan Bardan. Juga tidak terjadi apa - apa, kecuali tangan Bardan yang memeluknya untuk menghangatkan tubuhnya. Jika saja Bardan akan berbuat pasti semalam pasti sudah dilakukan. Ternyata tidak. Ini membuktikan pada dirinya bahwa lelaki yang menolongnya ini orang baik. Daruni sangat mempercayai Bardan tidak akan memperdayanya. Maka ketika tubuh dirinya ini sedang tidak tertutup sehelai benangpun dirinya berani nekat mengundang Bardan untuk mendekatinya. Daruni tahu orang perkasa tampan yang baru dikenalnya ini tidak akan berbuat tidak baik pada dirinya. Kalaupun dirinya diperbuat oleh orang yang menolongnya ini, Daruni terima. Dari pada tubuhnya dibuat hancur lebur oleh perbuatan Tumenggung Suro Blasah. Seandainya saja dirinya tidak lari meninggalkan rumah, pasti tubuhnya sekarang ini sedang dikuasai Suro Blasah. Diperdaya dengan kasar dan kemudian diserahkan ke tangsi Belanda untuk dijadikan jongos dan dijadikan gula - gula bagi para prajurit Belanda. Daruni sudah banyak mendengar tentang perawan - perawan desa yang dengan paksa oleh Tumenggung Suro Blasah di bawa ke tangsi. Walaupun ketika mereka pulang mengunjungi desa banyak berhiaskan emas, tetapi pada umumnya tidak tahan terhadap perlakuan Suro Blasah yang kasar dan menyakitkan. Daruni akan menerimakan jika dirinya diperbuat oleh Bardan. Bardan yang tiba - tiba kini membuat hatinya ada bunga - bunga yang bermekaran.
Bardan yang terus mendengar teriakan manja Daruni yang ingin ikan menjadi luluh. Dengan sekali melompat Bardan telah berada di atas batu dekat Daruni berdiri. " Mana ikannya, Runi ?" Mata Melirik ke arah Daruni. Bardan menjadi melihat sekujur tubuh Daruni yang sedang telanjang. Kaki yang panjang dengan paha yang nampak bersih padat. Dan nampak pula di mata Bardan milik Daruni yang baru ditumbuhi rambut halus berada di antara pangkal pahanya. Dan Daruni yang berdiri agak kangkang membuat mata Bardan bisa melihat belahan milik Daruni. Pemandangan yang sangat indah bagi mata Bardan. Kelelakian Bardan menjadi semakin berontak. " Itu kang ! Cepat tangkap !" Daruni menunjuk ke arah ikan yang sedang berada di riaknya air bening. Bardan tidak segera mengubah arah matanya ke arah ikan yang ditunjuk Daruni. Tetapi malah menjadi bengong melihat tubuh Daruni. " Lhok kok malah melihat aku ta kang. Itu ikannya ditangkap !" Daruni tersenyum cantik melihat Bardan yang bengong. Daruni tahu kalau Bardan sedang menikmati tubuhnya dengan matanya. Bardan kaget dan malu. Dengan cekatan Bardan terjun ke air dan dengan sekali gerakan ikan derbang besar sudah berada di tangannya. Daruni bersorak gembira dab berjingkrak, melupakan tubuh telanjangnya. Sekali lagi Bardan bisa melihat tubuh indah Daruni. Tubuh perawan cantik yang kemarin ditemukannya pingsan di pinggiran kali. Bardan tidak ingin berlama - lama menikmati tubuh Daruni dengan matanya. Bardan takut dirinya tidak terkendali. Maka dengan cekatan dan tangkas bagai kucing yang dengan ringannya melompat dari batu ke batu dan segera lenyap dari pandangan Daruni yang sedang terkagum - kagum. Daruni semakin percaya kalau Bardan bukan lelaki sembarangan. Bardan pasti lelaki yang berilmu. Jika tidak mana mungkin Bardan bisa melakukan lompatan jauh dan ringan dengan cepat. Laksana hanya berkelebat bagai daun yang melayang tertiup angin kencang. Daruni sangat sering melihat para prajurit kademangan berlatih perang - perangan yang dipimpin oleh ayahnya. Tetapi tidak ada yang bisa setangkas Bardan ketika melompat. Bahkan ayahnya yang terkenal sebagai jagoan bela diri di Sawang Argo belum pernah dilihatnya melakukan lompatan seperti yang dilakukan Bardan. Daruni semakin jatuh hati. Daruni semakin percaya jika Bardan adalah orang baik yang bukan juga orang kebanyakan. Tiba - tiba ada rasa aneh mengaliri tubuhnya. Bardan nampak di depannya. Sedang akan memeluknya. Tidak diketahui dari mana asalnya tiba - tiba napasnya memburu. Tidak terasa tangannya telah meraba payudaranya dan menekan kemudian meremasnya. Berlama - lama tangannya berada di payudaranya. Tidak dituntun oleh pikirannyapun tangannya bergerak ke bawah menelusuri perut dan meraba selangkanganya. Beberapa saat tangannya ada disana, Daruni tiba - tiba mendesah dan kemudian tersadar. Tiba - tiba juga pikirannya dialiri rasa malu yang berlebihan. Daruni kemudian menceburkan tubuh telanjangnya di air kali. " Kang ... Kang Bardan ... ah ... kang." Mulut mungilnya berucap lirih. Daruni menenggelamkan tubuhnya di air kali yang jernih, bening, dan menyejukkan tubuh dan hatinya.
masih ada kelanjutannya .................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar