Selasa, 27 Agustus 2013

Candra Mawa 

                                                                                            edohaput 


12

Legino dan Mijan yang sudah berhari - hari berjalan keluar masuk desa, menerabas hutan, menuruni jurang dan kali, mendaki gunung - gunung kecil dan gumuk - gumuk belum bisa memperoleh tanda - tanda untuk bisa menemukan Daruni. Di setiap desa yang disinggahi dan kadang merupakan tempat menginap, Legino dan Mijan selalu banyak bertanya. Tetapi tidak ada jawaban yang bisa memberi harapan untuk Daruni bisa ditemukan. Sampai pada satu siang ketika keduanya hampir - hampir putus asa, ditemukanlah sebuah gubuk di atas gumuk." Aneh kang, di pinggiran hutan yang sangat tidak mungkin dikunjungi orang ada gubuk berdiri." Mijan mengawasi gubuk. Mengitari. Lalu masuk kedalam gubuk. " Kang ! Sini kang masuk ke gubuk !" Mijan meminta Legino yang masih berrdiri terpaku memandangi gubuk. Legino membungkuk dan masuk ke gubuk. " Kang ini ada rambut tertinggal." Mijan memegangi sehelai rambut panjang. " Ini rambut perempuan kang. Jangan - jangan ini rambut Daruni." Mijan menunjukkan rambut ke Legino. Legino hanya sekejap melihat rambut di tangan Mijan. Di pikiran Legino sangat mungkin itu rambut Daruni. Tetapi bagaimana cara Daruni sampai di tempat ini. Sedangkan dirinya saja yang laki - laki sangat susah menyapai tempat ini. Apalagi seorang perawan seperti Daruni. Kalaupun bisa dan benar Daruni sampai di gumuk ini, lalu siapa yang membuat gubuk ini. Tidak mungkin tangan mungil Daruni bisa membuat gubuk ini. Lagi pula gubuk ini ternyata dibuat dengan rapi. Dan pelepah - pelepah kelapanya dipotong dengan rapi. Daruni secara sendiri tidak mungkin bisa memanjat pohon kelapa , sekalipun pohon kelapa yang masih muda dan pendek. Legino sangat mengenal Daruni yang manja. Yang serba dilayani. Yang tangannya tidak pernah menyentuh pekerjaan kasar. Dan Legino tahu Daruni tidak terampil menyanyam. Ini gubuk dinding - dindingnya terbuat dari pelepah daun kelapa yang dianyam rapi. Jika benar yang dipegang Mijan adalah rambut Daruni pasti ada lelaki yang menemani Daruni. Lalu siapa lelaki itu. Lagi - lagi Legino mengamati gubuk. Mata Legino tertumbuk pada alas yang ada di dalam gubuk. Berupa daun kelapa yang juga dianyam dan ditumpuk - tumpuk laksana kasur. Sudah tampak alum. Kaki Legino menginjak - injak, dan terasa empuk. Pikiran Legino melayang. Daruni tidur di dalam gubuk ini bersama dengan seorang lelaki. Tidur beralas kasur anyaman daun kelapa yang empuk dan hangat. Terbayang di benak Legino Daruni dipeluk mesra oleh seorang lelaki entah siapa. Daruni yang kedinginan merasakan kehangatan pelukan lelaki. Dan lelaki yang mendapatkan kesempatan memeluk tubuh indah Daruni di kegelapan gubuk kala malam tidak menyia - nyiakan kesempatan. Lelaki ini pasti mencium pipi dan bibir Daruni. Dan Daruni yang memang menginginkan kehangatan karena dinginnya udara, dan Daruni yang takut akan kegelapan pasti akan membalas ciuman lelaki ini. Daruni yang merasa aman ditemani lelaki di kala malam gelap pasti akan membiarkan tangan lelaki ini menggerayangi tubuh indahnya. Dan Daruni pasti pasrah dan jangan - jangan malah menikmatinya. Di benak Legino lelaki ini sambil mencium bibir Daruni pasti tangannya meraba kemana - mana. Gunung kembar Daruni pasti diraba - raba, dielus - elus dan diremas - remas gemas. Atau bahkan kain yang menutup dada Daruni dibuka lebar - lebar oleh lelaki ini dan puting gunung kembar Daruni disedot - sedotnya. Dan Daruni mendesah - desah menikmati. Tidak hanya itu yang ada di pikiran Legino. Legino terus menerka - nerka apa yang terjadi. Daruni yang terlena malah semakin menyediakan tubuhnya untuk diperbuat lelaki ini. Dibiarkannya tangan lelaki ini yang menyoba mengendorkan kain bawah yang membelit perut dan kakinya. Kain kendor dan segera terbuka. Tangan lelaki yang telah sampai di milik Daruni, membuat Daruni menjadi semakin lupa. Semakin pasrah. Dan lelaki yang memperoleh kepasrahan tidak menyia - nyiakannya. Ditindihnya tubuh indah Daruni. Dan Daruni melayang di atas mega. Daruni tidak tahu lagi sedang ada dimana dan sedang terjadi apa. Daruni hanya bisa menjejak - jejakkan kakinya di anyaman daun kelapa yang menjadi alas dirinya yang sedang digumuli lelaki. Bayangan rekaan di benak Legino ini tiba - tiba membuat Legino merasakan mukanya panas. Dadanya terasa sesak. Dan napasnya memburu. Rasa cemburunya yang meledak - ledak membuat Legino tidak terkendali. Tanpa ingat dan melihat Mijan yang juga di dalam gubuk, Legino tanpa ampun menngangkat gubuk dan merobohkannya. Diinjak - injaknya runtuhan gubuk yang di dalamnya masih ada Mijan yang mengaduh kena robohan gubuk dan injakan kaki Legino. Legino mengamuk tidak keruan. Ditendang - tendangnya runtuhan gubuk. Tidak urung Mijanpun jadi kena tendangan Legino. Tendangan kuat karena disertai kekuatan kemarahan mengenai pantat Mijan. Mijan terdorong dan terpaksa kontal dan terjerembab jauh dari runtuhan gubuk. Mijan hanya bisa meringis kesakitan. " Kang ingat kang ... ingat !" Mijan teriak - teriak sambil menahan sakit di pantat.
Matahari menyondong ke barat. Menandai sore segera akan tiba. Legino dan Mijan masih ada di atas gubuk dimana ada gubuk yang telah roboh diobrak - abrik Legino. Mata mereka memandang ke depan dimana tampak di mata mereka di kejauhan ada pondok. " Kang kalau gubuk yang kang Legino rusak ini pernah ditinggali Daruni, pasti kepergian Daruni selanjutnya  ke pondok itu, kang" Mijan menunjuk - nunjuk sebuah pondok yang jauh dari keberadaan mereka. " Kita harus kesana. Siapa tahu Daruni minta tolong penghuni pondok itu dan bersembunyi di sana." Mijan minta Legino percaya pendapatnya. " Baik Jan, kita lakukan besuk pagi." Jawab Legino dan jawaban ini membuat Mijan bingung. Kalau besuk pagi melakukannya berarti dirinya harus menginap di gumuk pinggiran hutan ini. Mijan takut. " Kok besuk pagi kang. Kenapa tidak sekarang ? Apa tidak sebaiknya kita menginap di pondok itu, kang." Mijan ingin tahu apa rencana Legino. Dan Mijan berharap jika mendatangi pondok itu sekarang berarti bisa menginap di pondok itu. Selama perjalanan menyari Daruni belum pernah Legino dan Mijan menginap di luar rumah. Jika tidak pergi ke pondok itu sekarang berarti malam ini dirinya harus menginap di pinggiran hutan. Mijan miris. " Kalau kita tidak pergi sekarang, kita menginap dimana, kang ?" Mijan minta penjelasan Legino. " Ya disini ! apa pulang ke perkampungan ?" Legino tegas menjawab. Mijan meringis. Mijan ngeri dengan isi hutan. 
Matahari semakin rendah di ufuk barat. Legino diikuti Mijan meneruni gumuk menuju kali di bawah gumuk. Kembali Legino merasakan dadanya panas dan sesak ketika di pinggiran kali ditemukan bekas - bekas kulit kelapa muda yang terbelah. Di benak Legino terbayang betapa mesranya Daruni bersama lelaki itu menikmati buah kelapa muda. Terbayang pula Daruni mandi bersama dengan lelaki itu. Mereka bertelanjang dan menyeburkan diri di air sungai yang jernih. Mereka berpelukan, saling menggosokkan tubuh. Daruni menggosok - gosokkan gunung kembarnya yang tegak kenyal ke dada lelaki itu. Dan sang lelaki menempatkan telapak tangannya di milik Daruni. Mengelusnya dan mempermainkannya. Daruni bergerak - gerak di pelukan lelaki ini. Kemudian kaki Daruni mengangkang memberi kesempatan kepada lelaki ini untuk menyarangkan tombaknya. Daruni terpekik dan kemudian memejamkan mata. Kemudian yang terjadi hanya suara kecipak air yang semakin keras. Dan gelombang air semakin menjadi. Keduanya bergumul di dalam air kali. Saling menyerang, saling menyari, saling menerima. Dan lenguh desah Daruni mengalahkan suara kecipak air. Panas di dada Legino tidak tertahankan. Ditendangnya kulit - kulit kelapa muda. Kulit kelapa muda bertebangan. Dan ada satu yang tidak sengaja mengenai punggung Mijan. Mijan jatuh terjungkal dan merasakan sakit dipunggungnya. Mijan mengaduh kesakitan. " Kang ingat kang ... ingat !" Mijan berteriak - teriak. Legino terus mengamuk. Apa yang ditemukannya ditendangnya. Batu - batu berterbangan. Mijan merangkak - rangkak bersembunyi di balik batu besar. Takut kena sasaran batu - batu yang berterbangan di sekelilingnya. 

masih ada kelanjutannya ............


Tidak ada komentar:

Posting Komentar