Candra Mawa
edohaput
7
Rembulan menggantung di atas tetumbuhan hutan. Sinarnya menerangi alam sekitar gumuk dengan terang. Angin bertiup semilir membawa wanginya kembang - kembang rumputan dan semak belukar liar di atas gumuk. Daruni gelisah di dalam gubuk yang telah dibuat Bardan dengan tiang - tiang batang kayu, atap dan dinding dari anyaman pelepah daun kelapa. Berselimutkan anyaman daun kelapa Daruni merasa hangat dari dinginnya malam. Cahaya rembulan menerobos masuk ke dalam gubuk lewat celah - celah dinding anyaman daun kelapa. Daruni gundah. Daruni berharap Bardan akan masuk ke gubuk dan memeluknya. Semakin menghangatkan tubuhnya yang sudah hangat ditutup anyaman daun kelapa. Daruni merasakan kenikmatan di dalam gubuk yang berlebih dibanding dengan tidur rumah kademangan dengan ranjang kayu yang besar. Berkasur kapas empuk dengan alas tikar dengan wangi pandan. Anyaman daun kelapa yang ditiduri sekarang jauh lebih membuatnya nyaman. Langit - langit gubuk yang hanya berupa ranting - ranting kayu dan anyaman daun kelapa jauh lebih menentramkan dari pada langit kamarnya yang ada di kademangan yang berupa anyaman kepang dengan cat labur warna putih. Cahaya di dalam gubuk yang hanya berupa cahaya rembulan yang menerobos masuk lewat celah - celah anyaman jauh lebih membuatnya aman dari pada cahaya lampu gantung yang besar dan terang di kademangan.
Sejak Tumenggung Suro Blasah memaksa - maksa ayahnya agar memperbolehkan dirinya dibawa oleh Suro Blasah ke Kepatihan Mataram, membuat Daruni selalu ketakutan. Suasana kademangan yang sejak kecil adalah merupakan tempat yang menentramkan berubah menjadi rumah yang menakutkan. Rumah besar yang tidak ada tempat untuk bersembunyi dari kedatangan Suro Blasah. Suro Blasah yang sering mengunjungi rumahnya. Suro Blasah yang berbicara keras dan tertawa terbahak bagai menggelegarnya guntur. Sangat disayangkan ayahnya tidak berani menolak keinginan Suro Blasah. Tidak ada yang lain yang dilakukan ayahnya kecuali terus dan terus membujuk dirinya agar mau menerima dibawa Suro Blasah. Daruni sangat tahu ayahnya sangat takut akan kehilangan jabatannya sebagai demang. Kepatihan akan dengan mudah mencopot jabatan demang. Dan yang lebih menakutnya ayahnya adalah tuduhan berani melawan kebijakan keraton. Itu bisa membawa ayahnya dirangket dibawa ke Kepatihan untuk dipenjara dan menerima siksa. Dan yang lebih mengkawatirkan lagi Tumenggung Suro Blasah tega menghunus pedang dan memenggal kepala orang yang berani melawannya. Satu hari ayahnya pernah marah - marah karena dirinya tetap menolak untuk dibawa oleh Suro Blasah. Kalau sudah begitu Daruni hanya bisa berlari mencari mboknya dan menangis di pelukannya. Dan mboknyapun tidak bisa berbuat banyak kecuali ikut - ikut membujuknya. Daruni anak semata wayang demang Sawang Argo, perawan lincah yang banyak dikagumi perjaka - perjaka kademangan, perawan yang sangat bisa bermanja - manja dan banyak memeperoleh pelayanan dari para pembantu kademangan, berubah menjadi perawan yang murung dan tidak mampu menyembunyikan kesedihannya. Hari - hari Daruni menjadi kelabu. Gelap membiru. Suatu hari ketika Tumenggung Suro Blasah datang di kademangan dan ingin melihat dirinya, dan ayahnya dengan nada marah memaksa agar mau menemui Suro Blasah di pendopo kademangan Daruni sangat ketakutan. Daruni yang terpaksa mau menemui Suro Blasah mendapat perlakuan yang sangat tidak mengenakkan. Tumenggung Suro Blasah dengan nekatnya memcengkeram lengannya dan menjentik - njentikkan jarinya yang besar dan panjang di payudaranya sambil merayu. Menawarkan berbagai kekayaan. Menawarkan kehidupan yang enak dan menyenangkan. Emas picis raja brana semuanya beruntun muncul bertaburan dari mulut Suro Blasah yang dipenuhi kumis tebal dan berjanggut lebat. Dagu Daruni diangkat - angkat dengan telunjuk. Dan Suro Blasah mendekat - dekatkan wajahnya ke wajah Daruni. Napas Suro Blasah yang bau cerutu dan tuak sangat membuat Daruni ingin muntah. Daruni yang menyoba meronta malah bokongnya sempat pula dielus - elus dan pahanya diremas - remas. Semua yang dilakukan Suro Blasah dirasakan sangat menjijikkan bagi Daruni. Kata - kata rayuan Suro Blasah yang meluncurkan segala keindah emas berlian didengarnya sangat memuakkan dan membuatnya terasa sangat terhina. Ahkirnya Daruni lebih memilih meninggalkan rumah. Lari tanpa tujuan. Matipun akan diterimanya dari pada harus melayani Suro Blasah yang sangat menjijikan.
" Kang aku kedinginan kang. Kang Bardan masuk saja ke gubuk . Peluk aku seperti kemarin malam. Aku kedinginan. Kaaang ... !" Dari dalam gubuk Daruni berteriak memanggil Bardan. Dari luar gubuk tidak ada sahutan. " Kaaaang .... !" Daruni teriak manja. Tidak ada jawaban. Daruni menyoba mengintip ke sekeliling di luar gubuk lewat celah - celah dinding gubuk. Bardan tidak ditemukan matanya. " Kaaaaang ... !" Daruni berteriak manja semakin keras. Lagi - lagi tidak ada sambutan. Daruni ingin lagi pelukan Bardan seperti kemarin malam. Bahkan Daruni ingin Bardan melakukan sesuatu dari sekedar memeluknya. Daruni ingin tubuhnya dielus. Daruni ingin yang lebih dari sekedar dipeluk. Bahkan pula Daruni ingin lebih dari sekedar dielus. Daruni membayangkan digemasi Bardan. Daruni ingin Bardan berbuat nekat pada dirinya. Terbayang di benak Daruni Bardan yang gemas lalu nekat meremas - remas gemas tubuhnya. Meinidihnya. Mengulengnya dengan penuh birahi cinta. Pikiran di benaknya ini tiba - tiba membuat badanya menjadi panas dingin. Tangannya tanpa dituntun pikirannya meluncur ke miliknya yang kalau tersentuh menimbulkan rasa aneh yang menyenangkan. Daruni melenguh kecil karena ketika tangannya telah sampai di miliknya ada rasa menyenangkan yang tidak tertahankan. Daruni menjadi menggeliat - geliatkan tubuhnya. Tetapi ketika panggilannya tidak disahut oleh Bardan, Daruni jadi gondok. Daruni merasa diabakan. Tidak ditanggapi. Daruni jengkel. Daruni bangkit dari telentangnya. Keluar gubuk. Ditebarkan pandangannya di sekitar gubuk. Ke sekeliling. Pandangan matanya tidak menemukan Bardan. Pandangan matanya malah menumbuk rembulan yang semakin meninggi. Tiba - tiba perasaannya dialiri rasa tentram dan bahagia. Di matanya rembulan nampak sebagai wajah Bardan yang sedang tersenyum. Daruni mengelus dadanya karena serasa ada yang menyesak di dalam dadanya. Rasa gembira, tentram dan bahagia. Kemana kang Bardan. Daruni berprasangka pasti bardan lagi menyari sesuatu untuk sarapan esuk pagi. Daruni kembali ke dalam gubuk membawa perasaan yang menyenangkan.
Dengan diterangi cahaya rembulan Bardan melompat ringan dari batu besar ke batu besar yang teronggok di kali. Bardan menyusuri kali dengan cara melompat dari batu ke batu. Tubuhnya dengan mudah melompat ringin bagai kucing yang sedang bermain. Kadang tubuhnya ringan melambung tinggi untuk menyapai batu - batu yang berjarak cukup jauh. Kadang tubuhnya hanya melakukan lompatan - lompatan kecil karena batu yang akan diinjaknya sebagai tumpuan berjarak dekat. Bardan sangat tahu kali yang sedang disusurinya ini akan melingkar dari melewati belakang pondok dimana mboknya, bapaknya dan para cantrik yang membantu mboknya dan bapaknya tinggal. Bardan ingin mengawasi dari dekat pondok mboknya. Bardan ingin tahu apakah pondoknya aman. Karena besuk Bardan bermaksud mengirim Daruni ke pondok mboknya ini. Bardan sangat percaya kalau pondoknya pasti tidak lepas dari intean prajurit telik sandi kepatihan Mataram. Dirinya yang selama ini dicari - cari parjurit Kepatihan dan prajurit Belanda pasti diperkirakan oleh mereka pulang ke rumah. Prajurit Belanda dan prajurit Kepatihan pasti sangat ingin merangketnya. Memenjarakannya. Bardan sangat percaya itu. Karena yang dilakukan dirinya sudah sangat merugikan Belanda dan Kepatihan. Bardan sudah banyak melakukan pencurian harta tangsi dan harta Kepatihan untuk dibagikan kepada rakyat yang sengsara karena tanam paksa dan pajak. Bahkan Bardan dengan pedangnya telah pula membunuh parjurit Belanda ketika satu malam dirinya melompati beteng tangsi dan kepergok prajurit Belanda dan terjadi perkelahian. Bardan yang terpojok dan dikeroyok ahkirnya tidak bisa berbuat lain kecuali dengan kemampuannya melawan. Dan tidak sedikit pula prajurit Kepatihan yang telah dicederainya. Dipatahkan tulang tangannya, ditebas kakinya dan lain - lain cidera. Bardan menjadi incaran prajurit telik sandi. Bardan menjadi buruan Tumenggung Suro Blasah. Bardan sangat tahu itu. Bardan ingin tahu pondok mbok aman untuk Daruni. Besuk Bardan bermaksut mengirim Daruni ke pondok mboknya. Bardan terus melompat.
Bardan telah berada sangat dekat dengan pondoknya mboknya. Suasana Sepi. Yang terdengar hanya serangga yang sedang menyanyi. Tidak kedengaran di dalam pondok suara - suara. Bardan mengira mboknya, bapaknya dan para cantriknya sedang menikmati kelelahan di masing - masing peraduannya. Bardan melompat ke atas pohon sawo yang ada di depan pondok. Bardan ingin mengamati pendopo pondoknya. Walaupun malam biasa di sana ramai orang. Bahkan tidak jarang di pendopo pondok mboknya ini ada orang yang semalam berjaga. Siang hari pendopo pondok mboknya selalu dipenuhi orang yang ingin mendapat obat dari mboknya. Bahkan tidak jarang pondok mboknya ini ada orang yang menginap karena ingin mendapat pelayanan pengobatan dari mboknya. Pondok mboknya selalu ramai. Tetapi malam ini Bardan melihat pondok mbok sepi. Bardan mengira lagi tidak banyak orang yang lagi butuh pertolongan mboknya. Bardan terus mengawasi. Terdengar suara batuk - batuk dari dalam pondok. Suara batuk - batuk bapaknya sangat tidak asing ditelinga. Pondok terlihat dan dirasakan Bardan aman. Bardan terus bertengger di cabang pohon sawo. Bardan ingin percaya malam - malam begini tidak ada orang yang mendekati pondok mboknya. Rembulan semakin meninggi. Bardan percaya pondok mboknya sedang tidak menjadi intean orang yang mengira dirinya di dalamnya. Bardan melompat turun dari pohon sawo tanpa menimbulkan suara. Kembali melompat turun ke kali dan melompat dari batu ke batu menyusuri kali untuk kembali ke gumuk dimana disana ada Daruni yang sedang menikmati kasur pelepah daun kelapa dan cahaya rembulan yang menerangi gubuk. Dipikiran Bardan Daruni sedang pulas tertidur. Dan dirinya tidak akan mengganggu kepulasan tidurnya Daruni. Daruni perawan cantik yang telah dilihat kepolosan tubuhnya. Daruni yang tiba - tiba telah menyentuh kalbunya. Menguak batinnya untuk mau mengenal perawan lebih jauh. Di perasaan dan dipikiran Bardan selama ini tidak pernah ada bayangan perawan. Yang ada hanya rasa benci terhadap Kepatihan yang sangat memihak Belanda yang menyengsarakan rakyat dan telah menipu Pangeran junjungannya yang sekarang telah ditangkap dan dipenjarakan entah dimana.
masih ada kelanjutannya ...................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar