Candra Mawa
edohaput
9
Siang panas. Angin datang dari arah selatan semilir. Menjadikan panasnya matahari tidak begitu terasa. Di pendopo kademangan Sawang Argo Legino duduk bersila di depan Ki Demang yang duduk di kursi. Sangat nampak wajah Ki Demang yang begitu murung. Kepergian Daruni sangat membuat pikirannya kacau. Ki Demang tidak bisa berbuat banyak. Kemana Daruni harus dicari. Seluruh desa - desa di wewengkon kademangan telah disusuri. Setiap pintu rumah diketuk dan ditanyakan tentang Daruni. Semua menjawab tidak pernah melihat. Semua prajurit kademangan telah disebar ke segala penjuru. Tepian hutan, bahkan kedalaman hutan diterobos dan disusuri para prajurit kademangan. Tidak satu prajuritpun melapor kepada Ki Demang kalau pencariannya menemukan tanda - tanda langkah Daruni. Daruni hilang lenyap bagai ditelan bumi. Ki Demang percaya Daruni yang selalu manja, kolokan, dan penakut tidak mungkin berani berjalan sendiri di waktu malam. Daruni yang sangat takut dengan ular tidak mungkin berani keluar masuk hutan. Tetapi kemana perginya Daruni. Jika tidak memasuki hutan pasti akan ada orang melihatnya. Mungkinkah ada orang yang menyembunyikan Daruni. Ki Demang tidak bisa berpikir jernih. Ki Demang hanya bisa bingung dan murung. Belum lagi ancaman Tumenggung Suro Blasah yang sangat mengkawatirkan. Dirinya bakal menerima sangsi berat jika tidak bisa segera membawa pulang Daruni ke kademangan.
" Gino, tinggal kamu harapanku. Aku perintahkan kepadamu. Cari Daruni sampai ketemu. Terserah kamu mau berjalan ke arah mana. Ikuti saja perasaanmu. Dan jangan pulang sebelum kamu menemukan Daruni." Ki Demang berkata terbata - bata sambil tangannya mengansurkan kantong kain kecil berwarna hitam. Dan diterima Legino. Legino tahu kalau isi kantong ini adalah kepingan uang emas. " Jangan pergi sendirian Gino. Ajak Mijan menemanimu." Ki Demang mengambil napas panjang dan menghempaskannya. Seolah ingin membuang beban pikirannya yang dirasakan sangat menyesakkan dadanya." Jangan tunda, Gino. Besuk pagi - pagi kamu dan Mijan sudah harus meninggalkan kademangan. Gino ... Jangan pulang. Sebelum kamu membawa berita gembira." Ki Demang bangkit dari duduk dan melangkah meninggalkan Legino yang belum sempat menjawab perintah Demangnya. Begitu Demangnya hilang di telan pintu rumah induk kademangan, Legino bangkit dari duduk bersilanya dan segera meninggalkan pendopo.
Setelah berembug dengan Mijan, Legino mengajak Sumirah ke legok. Legok adalah tempat tersembunyi dari orang lewat maupun orang datang. Legok tempat Legino dan Sumirah ini memang terlatak cukup jauh dari pemukiman. Letaknya di pinggiran persawahan dan banyak ditumbuhi pisang Kluthuk. Pisang Kluthuk tidak disukai orang. Rasanya memang manis, tetapi banyak sekali terdapat biji keras di dalam daging pisang. Pisang Kluthuk tumbuh liar dan tidak pernah dipedulikan orang. Maka legok yang banyak tanaman liar pisang kluthuk ini menyadi sangat jarang dikunjungi orang. Akan dikunjungi orang bila di kademangan ada orang hajatan. Daun pisang kluthuk dicari sebagai bungkus makanan kala ada hajatan. Apabila tidak pisang kluthuk tidak dijamah orang. Di antara rimbunya pisang kluthuk itu Legino meratakan tanah dan diberi alas daun pisang kluthuk kering yang ditumpuk rapi untuk tempat duduk dikala dirinya dan Sumirah mengunjungi legok untuk memadu kasih. Disebut legok juga karena tempat ini berada lebih rendah dari tempat sekitarnya. Selain pohon - pohon pisang kluthuk di sekeliling legok ini juga banyak ditumbuhi semak belukar. Tidak ada orang yang tahu kalau legok ini menjadi tempat Legino dan Sumirah bermesraan.
Setelah mendengar tutur Legino tentang tugas yang dibebankan |Ki demang pada dirinya, Sumirah menjadi cemberut. Mulutnya yang berbibir agak tebal menjadi mecucu. Mata bulatnya tidak berbinar melainkan meredup. Kedua garis alisnya menajdi bertemu di kening karena wajahnya mengerut. Sumirah kecewa. Sumirah tidak merelakan kekasihnya menjalankan tugas yang berat seperti ini. Sumirah tidak mau ditinggal berlama - lama oleh Legino. " Kalau Daruni tidak bisa kang Gino temukan terus gimana kang ?" Sumirah memenggal kalimat cerita Legino. " Ya terus dicari, Sum." Legino menjawab dengan nada yang seolah tidak mempedulikan kekecewaan Sumirah. " Sampai kapan, kang ?" Sumirah memelototi Legino yang mulai gelisah karena melihat kekasihnya marah. " Ya sampai ketemu, Sum." Jawab Legino sambil tersenyum takut - takut seraya tangannya meraih tangan Sumirah untuk dipegang. Sumirah menepiskan tangan Legino yang mau memegangnya. " Ini tugas seorang prajurit kademangan, Sum. Kalau aku menolak tugas ini sama saja aku tidak setia terhadap Ki Demang." Legino menggeser duduknya sehingga menempel ke tubuh Sumirah. Sumirah membalikkan tubuhnya untuk memunggungi Legino. " Sum ... percayalah. Aku tidak akan lama pasti sudah bisa menemukan Daruni. Daruni tidak akan pergi jauh dari kademangan. Lagi pula ini belum terlalu lama. Kalau saja Daruni berjalan kaki kemana saja belum akan jauh dari kademangan. Percayalah Sum ... aku tidak akan lama pergi meninggalkanmu." Legino memeluk tubuh Sumirah dan mengelus rambut Sumirah yang tergerai di bahu. " Janji kang !" Sumirah mebalikkan tubuh sehingga dada Sumirah menempel di dada Legino dan kembali memelototi Legino. Mata Sumirah yang bulat melotot dekat dengan mata Legino yang memeluknya. " Janji Sum. Aku tidak akan lama." Legino semakin mengeratkan pelukannya. Dan Legino segera menempelkan bibirnya di bibir Sumirah agar tidak lagi - lagi bicara. Hanya sesaat Sumirah segera menajuhkan bibirnya dari bibir Legino. " Awas kang, ... kalau nanti kang Legino macam - macam sama Daruni." Kembali mata Sumirah memelototi mata Legino. Sumirah tahu kalau Legino pernah tertarik saman Daruni. Dan Legino pernah juga selalu berusaha mendekati Daruni. Tetapi Legino tidak pernah mendapat angin dari Daruni. Legino yang putus asa ahkirnya menambatkan hatinya kepada Sumirah. " Percayalah Sum ... hati, pikiran dan tubuh ini hanya untukmu, Sum." Legino mengeluarkan jurus rayuan pamungkasnya. Mendengar ini Sumirah malah kembali cemberut. Tetapi di dalam hati Sumirah tiba - tiba ada rasa percaya dan lega. Sumirah membenamkan kepalanya di dada Legino. Sumirah bahagia. Merasakan Sumirah luluh, Legino segera mengangkat dagu Sumirah dan kembali menempelkan bibirnya di bibir Sumirah yang menyambutnya dengan sedikit merekahkan bibirnya. Tak sabar tangan Legino melepaskan kacing kain kebaya Sumirah yang menutupi dadanya. Kain segera terbuka karena juga dibantu - bantu oleh Sumirah. Tangan Legino telah meremas gemas gunung kembar milik perawan Sumirah. Terlena keduanya telah terbaring dan bergumul menikmati keindahan cinta. Tangan Legino yang terus berusahan mengendorkan kain yang menutupi tubuh bagian bawah Sumirahpun segera berhasil karena memang dibantu - bantu oleh Sumirah. Kain bawah Sumirah telah terlepas. Leginopun juga telah berhasil memelorotkan celananya. Napas - napas meburu memenuhi legok. Dan suara kemeresek daun pisang kering yang mereka gunakan alas bergumul semakin keras. Tombak Leginopun telah menyentuh - nyentuh perisai lembut membasah milik perawan Sumirah yang berada di pangkal pahanya yang telah mengangkang lebar karena di tengahnya telah ada pinggul Legino yang sudah siap mendorong tombaknya menembus perisai. Mata Sumirah ahkirnya mebeliak menatap Legino yang dengan kuat telah menancapkan tombak dalam - dalam ke perisai milik Sumirah. Yang dilakukan Sumirah kemudian hanya bisa memejamkan matanya, dan sesekali menggeleng - gelengkan kepalanya, mengangkat - angkat dada, menggoyang pantatnya, dan menjejak - jejakan kakinya karena bibir, leher. dan dadanya terus diserang legino. Dan yang tidak kalah rasa nikmatnya adalah perisainya yang terus disodok - sodok tombak Legino tanpa ampun. Gumuruh napas dan suara ribut alas daun pisanglah yang kemudian memenuhi legok.
masih ada kelanjutannya ....................
Setelah mendengar tutur Legino tentang tugas yang dibebankan |Ki demang pada dirinya, Sumirah menjadi cemberut. Mulutnya yang berbibir agak tebal menjadi mecucu. Mata bulatnya tidak berbinar melainkan meredup. Kedua garis alisnya menajdi bertemu di kening karena wajahnya mengerut. Sumirah kecewa. Sumirah tidak merelakan kekasihnya menjalankan tugas yang berat seperti ini. Sumirah tidak mau ditinggal berlama - lama oleh Legino. " Kalau Daruni tidak bisa kang Gino temukan terus gimana kang ?" Sumirah memenggal kalimat cerita Legino. " Ya terus dicari, Sum." Legino menjawab dengan nada yang seolah tidak mempedulikan kekecewaan Sumirah. " Sampai kapan, kang ?" Sumirah memelototi Legino yang mulai gelisah karena melihat kekasihnya marah. " Ya sampai ketemu, Sum." Jawab Legino sambil tersenyum takut - takut seraya tangannya meraih tangan Sumirah untuk dipegang. Sumirah menepiskan tangan Legino yang mau memegangnya. " Ini tugas seorang prajurit kademangan, Sum. Kalau aku menolak tugas ini sama saja aku tidak setia terhadap Ki Demang." Legino menggeser duduknya sehingga menempel ke tubuh Sumirah. Sumirah membalikkan tubuhnya untuk memunggungi Legino. " Sum ... percayalah. Aku tidak akan lama pasti sudah bisa menemukan Daruni. Daruni tidak akan pergi jauh dari kademangan. Lagi pula ini belum terlalu lama. Kalau saja Daruni berjalan kaki kemana saja belum akan jauh dari kademangan. Percayalah Sum ... aku tidak akan lama pergi meninggalkanmu." Legino memeluk tubuh Sumirah dan mengelus rambut Sumirah yang tergerai di bahu. " Janji kang !" Sumirah mebalikkan tubuh sehingga dada Sumirah menempel di dada Legino dan kembali memelototi Legino. Mata Sumirah yang bulat melotot dekat dengan mata Legino yang memeluknya. " Janji Sum. Aku tidak akan lama." Legino semakin mengeratkan pelukannya. Dan Legino segera menempelkan bibirnya di bibir Sumirah agar tidak lagi - lagi bicara. Hanya sesaat Sumirah segera menajuhkan bibirnya dari bibir Legino. " Awas kang, ... kalau nanti kang Legino macam - macam sama Daruni." Kembali mata Sumirah memelototi mata Legino. Sumirah tahu kalau Legino pernah tertarik saman Daruni. Dan Legino pernah juga selalu berusaha mendekati Daruni. Tetapi Legino tidak pernah mendapat angin dari Daruni. Legino yang putus asa ahkirnya menambatkan hatinya kepada Sumirah. " Percayalah Sum ... hati, pikiran dan tubuh ini hanya untukmu, Sum." Legino mengeluarkan jurus rayuan pamungkasnya. Mendengar ini Sumirah malah kembali cemberut. Tetapi di dalam hati Sumirah tiba - tiba ada rasa percaya dan lega. Sumirah membenamkan kepalanya di dada Legino. Sumirah bahagia. Merasakan Sumirah luluh, Legino segera mengangkat dagu Sumirah dan kembali menempelkan bibirnya di bibir Sumirah yang menyambutnya dengan sedikit merekahkan bibirnya. Tak sabar tangan Legino melepaskan kacing kain kebaya Sumirah yang menutupi dadanya. Kain segera terbuka karena juga dibantu - bantu oleh Sumirah. Tangan Legino telah meremas gemas gunung kembar milik perawan Sumirah. Terlena keduanya telah terbaring dan bergumul menikmati keindahan cinta. Tangan Legino yang terus berusahan mengendorkan kain yang menutupi tubuh bagian bawah Sumirahpun segera berhasil karena memang dibantu - bantu oleh Sumirah. Kain bawah Sumirah telah terlepas. Leginopun juga telah berhasil memelorotkan celananya. Napas - napas meburu memenuhi legok. Dan suara kemeresek daun pisang kering yang mereka gunakan alas bergumul semakin keras. Tombak Leginopun telah menyentuh - nyentuh perisai lembut membasah milik perawan Sumirah yang berada di pangkal pahanya yang telah mengangkang lebar karena di tengahnya telah ada pinggul Legino yang sudah siap mendorong tombaknya menembus perisai. Mata Sumirah ahkirnya mebeliak menatap Legino yang dengan kuat telah menancapkan tombak dalam - dalam ke perisai milik Sumirah. Yang dilakukan Sumirah kemudian hanya bisa memejamkan matanya, dan sesekali menggeleng - gelengkan kepalanya, mengangkat - angkat dada, menggoyang pantatnya, dan menjejak - jejakan kakinya karena bibir, leher. dan dadanya terus diserang legino. Dan yang tidak kalah rasa nikmatnya adalah perisainya yang terus disodok - sodok tombak Legino tanpa ampun. Gumuruh napas dan suara ribut alas daun pisanglah yang kemudian memenuhi legok.
masih ada kelanjutannya ....................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar